REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam bukunya yang berjudul Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad, Syekh Shaffiyyurahman al-Mubarakfuri menerangkan secara mendetail cara-cara wahyu turun. Ia menukil penjelasan dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Berikut ini adalah beberapa caranya.
Pertama adalah ar-Ru'ya ash-Shadiqah. Maknanya, mimpi yang benar. Ini merupakan permulaan turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW.
Kedua, berupa sesuatu yang dibisikkan oleh malaikat kepada jiwa dan hati Nabi Muhammad SAW walau dilihat oleh beliau. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW, “Sesungguhnya, Ruhul Quds (Malaikat Jibril) mengembuskan (membisikkan) ke dalam hatiku, bahwasannya jiwa tidak akan mati hingga disempurnakan rezeki baginya.
Oleh karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah, berindah-indahlah dalam meminta (berdoa), serta janganlah keterlambatan rezeki atas kalian, mendorong kalian untuk memintanya dengan cara melakukan perbuatan maksiat terhadap-Nya. Sebab, sesungguhnya apa-apa yang ada di sisi Allah tidak akan didapat kecuali dengan melakukan ketaatan kepada-Nya.”
Ketiga, dengan cara bahwa malaikat mengambil wujud laki-laki. Kemudian, ia mengajak Rasulullah SAW berbicara hingga beliau memahami dengan baik apa-apa yang telah dikatakan kepadanya. Dalam hal ini, terkadang para sahabat dapat pula melihat malaikat tersebut yang tampil dalam bentuk manusia.
Keempat, berupa bunyi gemericing lonceng yang datang kepada beliau. Bunyi-bunyi itu segera diikuti malaikat yang menyampaikan wahyu secara samar. Cara ini, demikian Rasulullah SAW, merupakan cara yang paling berat dirasakannya. Sampai-sampai, beliau berkeringat sekalipun itu terjadi pada hari yang amat dingin.
Demikian pula, mengakibatkan unta beliau duduk bersimpuh ke bumi bila beliau sedang menungganginya. Dan pernah juga suatu kali, wahyu datang dengan cara tersebut. Saat itu, beliau berada di atas Zaid bin Tsabit. Sehingga, Zaid merasakan beban sedemikian berat yang hampir saja membuat tulang dan ototnya seperti terimpit.
View this post on Instagram