REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang pergantian tahun 2017 ke 2018, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau kepada masyarakat agar mengisi pergantian tahun baru dengan hal-hal yang positif. Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa'adi, tidak ada larangan untuk bersuka cita dalam merayakan tahun baru.
"MUI mengimbau dalam merayakan pergantian tahun baru diisi dengan hal-hal yang positif dan konstruktif, meskipun tidak dilarang untuk bersuka cita dalam merayakan tahun baru," kata Zainut dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan pada Sabtu (30/12).
Namun demikian, Zainut menilai perayaan harus dilakukan dengan cara yang wajar dan tidak berlebihan. Apalagi jika perayaan dengan boros, sia-sia (tabdzir), dan larut dalam kegembiraan yang berlebihan sehingga dapat menjauhkan diri dari Allah SWT.
"Allah berfirman yang artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr [103]:2-3)," ujar Zainut.
Menurut Zainut, pemaknaan yang esensial dalam melepas berlalunya tahun dan menyongsong tahun baru, sangat diutamakan dengan perenungan diri.
Karena itu, MUI pun mengajak segenap masyarakat untuk melakukan evaluasi diri (muhasabah) dalam memasuki tahun baru dan menjadikan tahun 2018 sebagai tonggak untuk merancang dan menjalani masa depan yang lebih baik, produktif, konstruktif, dan kualitatif.
Selain itu, melakukan perenungan untuk memaknai pergantian tahun dengan penuh keimanan, ketakwaan, dan keikhlasan serta senantiasa mengharap ridha Allah SWT dalam suasana hati yang sejuk, tenang, dan damai. "Seraya berdoa semoga di tahun 2018 kita dapat meningkatkan amal kebajikan agar dapat memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya bagi bangsa dan negara," kata Zainut.