Jumat 03 Mar 2017 09:36 WIB

Raja Salman dan Corak Berislaman yang Baik

Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi dalam pertemuan empat mata di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3).
Foto: ANTARA
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi dalam pertemuan empat mata di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai penjaga dua kota suci, Makkah dan Madinah, Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al-Saud layak ditempatkan sebagai salah satu pemimpin paling berpengaruh di dunia. Pria yang bergaris keturunan Wangsa Saud itu menjadi Raja Arab Saudi ketujuh setelah pendahulunya Raja Abdullah wafat pada 2015. Ia kemudian memimpin Arab Saudi yang selama ini menjadi poros Islam Sunni dan selalu dianggap memiliki iklim kebebasan beragama yang sangat terbatas.

Namun, kunjungan Raja Salman ke Indonesia dalam sembilan hari, justru membuktikan adanya corak keber-Islam-an yang berbeda kepada dunia. Arab Saudi yang selama ini dikenal ortodok dan konvensional justru menyajikan fakta lain yang ditunjukkan Raja Salman di Indonesia.

Presiden Joko Widodo merasakan sendiri betapa kemesraan yang diberikan Raja Salman kepadanya merupakan bentuk persahabatan erat antara sesama negara mayoritas Muslim. "Saya menuruni tangga Istana Bogor bersama Raja Salman bin Abdulaziz seusai penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipurna. Tanda kehormatan ini atas jasa Raja Salman yang luar biasa dalam membangun dan memelihara hubungan baik kedua negara," tulis Presiden Jokowi dalam akun Facebook resminya.

Di mata Jokowi, Raja Salman telah menunjukkan keIslaman yang saling bersahabat tanpa memandang asal muasal. Ia menggenggam erat tangan Presiden Jokowi, pemimpin sebuah negara yang begitu penuh keberagaman. "Pada genggaman erat Raja Salman bin Abdulaziz terasa benar adanya kehangatan, kepercayaan dan kedekatan antara Kerajaan Arab Saudi dan Indonesia: hubungan antarbangsa yang telah melampaui berabad-abad masa," kata Presiden Jokowi.

Kunjungan Raja Salman ke Indonesia juga membuka penilaian yang mengejutkan tentang Islam. Raja yang lama menjabat sebagai Gubernur Provinsi Ryadh itu bahkan tetap mau bersalaman dengan perempuan yang bukan muhrim. Ia tertangkap kamera bersalaman dengan sejumlah menteri perempuan di antaranya Puan Maharani, Retno Marsudi, dan Nila Moeloek.

Putra mahkota selama tiga tahun itu 2012-2015 menunjukkan betapa Islam adalah agama yang teduh, penuh, persahabatan, dan jauh dari keinginan untuk mencari konflik.

Ingin bersahabat

Di balik kunjungannya ke Indonesia, Raja Salman memiliki beragam misi namun itu tak membuatnya lupa untuk kagum pada sejarah bangsa Indonesia yang besar. Ia berkali-kali meminta bertemu dengan cucu Bung Karno sekaligus menyatakan kerinduannya untuk bersahabat lebih dekat dengan Indonesia.

Setelah jamuan makan siang di Istana Kepresidenan Bogor, misalnya, Raja berusia 81 tahun itu beharap kunjungannya bisa meningkatkan hubungan persahabatan kedua negara. "Semoga kunjungan ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan hubungan kedua negara kita di berbagai bidang, dan dapat mencapai harapan dan keinginan kedua bangsa kita yang bersahabat," kata Raja Salman.

Sang Raja menunjukkan keber-Islam-annya yang teduh sekaligus menunjukkan pada dunia tentang Islam yang moderat. Dalam keluarganya misalnya ada putri Raja yang tidak mengenakan hijab sebagaimana perempuan Arab pada umumnya.

Penerimaan pada pluralisme Raja Salman juga tampak dalam beberapa hal di antaranya pada tulisan "God Bless You" (GBU) disertai aksara Arab di atasya pada badan pesawat kerajaan, menjadi arti bahkan Raja Arab Saudi pun punya toleransi besar bahkan untuk menggunakan bahasa Inggris.

Apalagi GBU selama ini dikenal lebih banyak digunakan oleh kaum Nasrani sebagai ucapan salam penutup.

Muslim moderat

Corak keber-Islam-an yang baik menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas dalam beberapa waktu terakhir saat Indonesia sedang terjebak dalam ancaman disintegrasi dan intoleransi beragama.

Kunjungan Raja Salman sekaligus memberikan pemahaman akan Muslim yang moderat. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Islam moderat adalah Islam yang tetap menjalankan tauhid, namun dalam praktiknya tetap toleran.

Bahkan, Islam yang moderat pun harus mampu hidup berdampingan dengan damai bersama umat lainnya, tidak hanya di Indonesia namun juga belahan dunia. "Islam yang moderat mempertahankan ketauhidan, namun tetap toleransi. Karena Indonesia begitu heterogen, beragam suku, agama dan budaya," kata Lukman.

Moderat sekaligus mengandung makna yang obyektif, tidak ekstrim, dibangun atas dasar pola pikir yang lurus dan berada di tengah atas sesuatu.

Pada praktiknya kemudian, Islam sebagai satu sistem ajaran dan nilai, sepanjang sejarahnya, memang tidak menafikan kemungkinan mengambil istilah-istilah asing untuk diadopsi menjadi istilah baru dalam khazanah ke-Islam-an.

Maka kunjungan Raja Salman pun sangat diharapkan mampu membuka khazanah dan pemahaman tentang Islam yang merupakan rahmat bagi lingkungan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement