REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 2016 lalu, tutur Joevi, ia dan keluarganya berkesempatan menjalani ibadah umrah di Tanah Suci. Bagi Joevi, momen-momen ini begitu menggurat kenangan bahagia sekaligus haru.
Saat pertama kali melihat langsung Ka'bah, ada sebuah kerinduan yang tuntas dan tak tergambarkan dengan kata-kata. Di sana pula, umat Islam dari seluruh penjuru dunia datang, bersatu, dalam gema takbir dan tahlil memuja hanya kepada Allah Yang Maha Esa. Pengalaman spiritual umrah yang lalu itu, luar biasa, kata Joevi.
Namun, kenang dia, sempat ada kegamangan di hari-hari menjelang keberangkatan ke Arab Saudi. Maklum, ada cerita-cerita yang menyebut bahwa di Tanah Suci, orang akan menemui atau merasakan langsung hasil dari perilakunya sehari-hari. Bila berperangai baik, kebaikanlah yang dirasakan di sana. Sebaliknya pula kalau memiliki kebiasaan berperilaku kurang baik.
Rumor seperti itulah, menurut Joevi, yang membuatnya sempat berdebar-debar. Akan tetapi, hatinya sudah mantap. Setiap hari, menjelang keberangkatan, ia berdoa kepada Allah agar segala urusan ibadah ini dipermudah.
Hanya ada satu tujuan membayang, yakni menjejakkan kaki di Tanah Suci. Dan, alhamdulillah, Joevi dan suaminya serta anak-anak akhirnya melaksanakan umrah dengan lancar.
Allah SWT membukakan ridha-Nya kepada saya dan suami. Perjalanan lancar dan kami diberi kesehatan prima di sana. Sehingga, ibadah bisa lancar dan tidak ada hambatan. Alhamdulillah. Kami kini berencana menunaikan ibadah haji, insya Allah, pada tahun depan, kata Joevi dengan gembira.
Islam telah mendatangkan kebahagiaan dalam hidup Joevi. Kepada ketiga anaknya, ungkap Joevi, ia selalu mendidik mereka dalam lingkup Islami. Hubungan dengan pihak keluarga asal, termasuk dengan yang beragama Nasrani, masih berlangsung hangat tanpa konflik berarti. Joevi bersyukur, Islam membawanya pada ketenangan batin.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
