Ahad 22 Jan 2017 17:30 WIB

Penjualan Buku-Buku Islam Menjanjikan

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Buku Islam
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Buku Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Toko buku masih menjadi jalur utama penerbit untuk mengumpulkan pundi. Meski bazar, festival hingga penjualan daring mulai digalakkan, pemasaran lewat toko masih menyumbang omzet terbesar bagi penerbit.

Sebut saja Pustaka Al Kautsar. Direktur Utama Pustaka Al Kautsar, Tohir Bawazier menjelaskan, toko buku bisa menyumbang dua per tiga dari total omzet mereka. Sisanya, lewat direct selling, pameran, bazar dan daring.

Penerbit yang juga menerbitkan buku-buku referensi Islam, seperti fikih, tafsir, dan ibadah, hingga buku anak itu mampu menerbitkan 50 sampai 60 judul buku baru. Sementara oplahnya rata-rata sebanyak 3000 eksemplar. Untuk beberapa judul, bisa mencapai 10 ribu eksemplar.

Tohir menjelaskan, mereka memiliki sistem kerja sama dengan toko-toko buku retail modern. Sistem yang berjalan adalah konsiyansi dengan adanya diskon sebesar 35 sampai 40 persen dari penerbit. Tohir pun mengakui, memang ada ketergantungan terhadap retail toko buku mainstream. Jaringan toko buku yang cukup luas membuat penerbit Islam mau tidak mau menitipkan bukunya di sana meski dengan diskon besar.

"Ada unsur ketergantungan, soalnya dia punya jaringan yang lebih luas. Ada ketergantungan dari kita sebagai supplier terhadap mereka, yang jadi pemasok yang cukup signifikan. Terutama karena jaringan yang luas itu,'' kata Tohir.

Penerbit lainnya, Pustaka Tebuireng, juga mendistribusikan buku-buku hasil terbitannya ke retail toko buku modern. Namun, distribusi tersebut baru sebatas di Jombang dan Yogyakarta, belum masuk ke kota-kota besar lainnya. Sistem yang diberlakukan pun sama dengan Pustaka Al Kautsar, yaitu konsinyasi dengan diskon 35 sampai 40 persen dari penerbit. ''Nanti, tiap bulan atau tiap dua bulan sekali, mereka memberikan laporan hasil penjualan,'' ujar Kepala Penerbitan Pesantren Tebuireng, Ahmad Fauzan, kepada Republika, belum lama ini.

Kendati begitu, selain melalui retail toko buku modern, Pustaka Tebuireng juga memiliki jaringan kultural dengan penerbit-penerbit berbasis pesantren lainnya. Contohnya di Pesantren Sidogiri dan Pesantren Langitan, Jawa Timur. Pun dengan pesantren-pesantren di Jawa Tengah. Biasanya, kata Fauzan, mereka akan melakukan kerja sama bedah buku, bazar, atau roadshow dari satu pesantren ke pesantren yang lain.

Pada masa mendatang, ujar Fauzan, unit usaha Pondok Pesantren Tebuireng itu pun berniat untuk bisa masuk ke dalam industri perbukuan. Sehingga, buku-buku keluaran dari penerbit berbasis pesantren dapat dikenal secara luas. ''Jika bisa ikut jaringan distribusi, tentunya akan semakin tersebar luas, dan lebih terpublikasi,'' ujar Fauzan.

Pada 2015, Pustaka Tebuireng telah mencetak 12 buku. Sementara pada 2016, Pustaka Tebuireng telah mencetak 10 buku. Pada 2017, Pustaka Tebuireng ingin mencetak 25 buku. Buku-buku hasil terbitan dari Pustaka Tebuireng mengenai tokoh-tokoh Tebuireng, karya-karya ulama dari Tebuireng, dan terjemahan kitab-kitab klasik.

Keuntungan toko buku mainstream dari penjualan buku-buku Islam memang menjanjikan. Kontribusi buku-buku agama Islam terhadap omzet total dalam setahun PT Gramedia Asri Media berada di rangking ketiga, atau sekitar 35 persen. PT Gramedia Asri Media adalah anak perusahaan dari Kompas Gramedia yang menyediakan jaringan toko buku dengan nama Toko Buku Gramedia.

''Untuk posisi pertama dan kedua, biasanya turun naik, antara buku novel atau fiksi dengan buku-buku anak, seperti buku TK ataupun komik-komik,'' kata Staff Merchandising Gramedia Asri Media, Supriyanto, saat dihubungi Republika.

Pada momen-momen tertentu seperti  Ramadhan, buku-buku agama Islam bisa menempati posisi kedua. Kondisi ini pun dinilai wajar, lantaran Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia. Lebih lanjut, Supriyanto mengungkapkan, omzet terbesar dari buku agama Islam tersebut didapat dari penjualan Alquran, yang mencapai 40 persen.

Meski sekarang banyak aplikasi Alquran digital,  tidak menyurutkan penjualan dari kitab suci ini."Kalau Alquran ini, walaupun digital sudah ada, tapi pertumbuhannya masih tetap ada. Walaupun secara keseluruhan buku itu stuck, tapi Alquran selalu ada terus,'' ujarnya.

Supriyanto menambahkan, dari sisi pemasaran toko buku, bagian buku-buku agama Islam mendapatkan penempatan tersendiri di toko buku. Dalam artian, bagian buku-buku agama Islam mendapatkan tempat yang luas dan di lokasi yang cukup strategis.

''Dari posisi tempat, marketing kami juga sudah memprioritaskan. Terlebih memang ranking-nya cukup tinggi,'' kata Supri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement