REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nuansa Timur Tengah langsung terasa begitu menginjakkan kaki di pintu utama Gedung Istora Gelora Bung Karno. Di sekeliling, tampak lelaki jangkung keturunan Arab menyambut dengan segelas mungil air zam-zam.
Pakaiannya khas gamis putih dengan sorban khas Saudi Arabia. Ia tak sendirian. Memasuki area Istora lebih dalam, orang-orang Arab lainnya makin banyak ditemui.
Mereka sibuk melayani para pengunjung dari pribumi maupun dari negara lain. Entah menerangkan barang yang dipamerkan dalam standnya, menjawab pertanyaan, maupun sekadar menyapa pengunjung yang lalu lalang.
Pemandangan bernuansa Arab mendominasi. Pasalnya, seperlima area gedung memang diperuntukkan bagi mereka di ajang Indonesia International Book Fair (IIBF) 2014. Tapi bukan berarti sepuluh negara peserta lainnya tak dapat tempat.
Di arena lainnya, tak kalah menarik perhatian. Jepang menyajikan buku-buku dan pameran manga atau kartun khas negara sakura.
Sedang Korea Selatan menyediakan dinding inspirasi yang pengunjung bebas menulis dan menyatakan kesan lewat memo yang ditempel di dinding tersebut, begitu pula negara lainnya seperti Tiongkok, Kanada, Pakistan, Mesir, Malaysia, Taiwan dan Singapura.
Masing-masing negara seolah tak mau melewatkan kesempatan untuk memperkenalkan kebudayaan mereka masing-masing lewat buku dan beragam karya seni.
Menyoal kesan Islam yang oleh beberapa kalangan dianggap kejam dan penebar teror, ada cerita unik yang dialami beberapa pengunjung wanita yang bercadar dan berkerudung lebar.
Mereka adalah Tsanian Musabbi, Risanti dan Amiratul Mujahidah yang merupakan para mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. "Ketika naik bus trans menuju kemari, kami dikatai ISIS oleh ibu-ibu penumpang," kata Tsanian bercerita.
Ia menduga, sang ibu yang mengatai mereka itu hanya iseng karena melihat penampilan mereka yang bercadar dan berkerudung lebar. Karena sudah akan turun, mereka hanya menjawab perkataan tersebut dengan senyum.
"Kalaupun punya kesempatan menjawab, kita tentu tegas menolak aksi teror ISIS dan kami memang bukan bagian dari kelompok itu," katanya.