Rabu 04 Jan 2017 17:16 WIB

Kesempurnaan Alquran Mantapkan Hati Hugh

Rep: c15/ Red: Agung Sasongko
Mualaf/Ilustrasi
Foto:
Shalat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Hugh pergi ke sebuah toko buku dan membeli sebuah Alquran terjemah sekembalinya dari Indonesia. Dengan semangat, ia baca dan kaji isi Alquran itu, termasuk mencari beberapa tafsirnya di internet. Ia sungguh takjub karena tak ada sedikit pun kontradiksi di dalamnya. Subhanallah.

Kesempurnaan Alquran memantapkan hati Hugh. Ia segera mencari tahu tentang syahadat dari internet dan beberapa te man Muslimnya di Indonesia. Hanya, Hugh tak mengenal seorang Muslim pun di Australia. Hingga akhirnya, ia menghampiri seorang perempuan berkerudung di sekolahnya.

Berbekal informasi dari Muslimah itu, Hugh mendatangi seorang syekh untuk berkonsultasi tentang syahadat. Sayangnya, berkaitan dengan hukum yang berlaku di Australia, mereka menyarankan Hugh bersyahadat setelah genap berusia 18 tahun.

Hugh menolak. “Bagaimana jika aku tertabrak bus besok pagi dan kemudian meninggal sebelum sempat bersyahadat?” katanya. Melihat Hugh berkeras masuk Islam, sang syekh menyarankannya untuk hadir dalam sebuah kajian dan ceramah rutin di sebuah masjid di Melbourne. Syekh itu mengatakan, Hugh bisa bersyahadat pada imam di masjid tersebut setelah ceramah selesai.

Hugh mengikuti saran itu. Ditemani sang syekh, Hugh menghampiri imam masjid ter sebut setelah acara kajian selesai. “Imam itu memintaku be lajar terlebih dahulu, termasuk untuk shalat.” Lagi-lagi, Hugh merasa tak perlu menundanya. “Bagaimanapun juga aku harus shalat karena aku adalah seorang Muslim.”

Sampai di rumah, dengan berpedoman sebuah buku panduan kecil, Hugh shalat. Ia memegang buku itu di salah satu tangannya dan terus membawanya sepanjang shalat. “Aku shalat sambil membaca, termasuk saat sujud sekalipun, karena aku belum menghafal bacaan-bacaannya,” kata pria yang memiliki nickname Islami, Abdullah al-Faruq ini.

Saat itulah perasaan yang di sebut Hugh “ajaib” menyer gap nya. “Aku merasa berdiri lang sung di hadapan Tuhan. Dinding- dinding kamar dan se mua benda di sekelilingku seolah hilang. Hanya aku dan Allah,” ujarnya dengan nada takjub.

Pada 2007, seusai menamatkan kuliahnya di Teach International di Melbourne, Hugh kembali ke Indonesia. Ia menjadi guru bahasa Inggris dan me nikahi Indah empat tahun kemudian. Kini, Hugh sibuk menjadi pengajar sekaligus kon sultan pendidikan bahasa Inggris di sebuah sekolah Islam internasional di Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement