Rabu 04 Jan 2017 17:16 WIB

Kesempurnaan Alquran Mantapkan Hati Hugh

Rep: c15/ Red: Agung Sasongko
Mualaf/Ilustrasi
Foto:
Allah/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Hugh lahir di Adelaide dan dibesarkan di Victoria, di tengah lingkungan Kristen. Beruntung, kedua orang tuanya yang beragama Kristen Protestan tak pernah memaksanya memeluk agama tertentu.

“Terutama ibuku, ia percaya agama apa pun yang kupilih adalah yang terbaik bagiku. Aku sangat beruntung memiliki ibu seperti dia,” kata pria kelahiran 30 September itu.

Ayah Hugh adalah pemilik perusahaan besar dengan sejumlah kantor perwakilan di luar Australia, termasuk di Indonesia. Karena itu, Hugh telah mengenal Indonesia sejak lama.

Saat ia berusia 13 tahun, sang ayah membawa dia untuk tinggal bersamanya di Indonesia selama enam bulan. Sementara ayahnya mengurus per usahaan, Hugh sibuk de ngan home schooling dan pertemanan barunya dengan sejumlah anak Indonesia. Indah, seorang perempuan Muslim yang kini menjadi istrinya, adalah satu di antaranya.

Pada usia itu, Hugh tak meyakini agama apa pun, termasuk agama kedua orang tuanya. Ketidakyakinan itu telah muncul sejak bungsu dari empat bersaudara ini duduk di bangku sekolah dasar. “Pada masa itu, aku merasa berhadapan dengan hal-hal yang tidak masuk akal setiap kali membaca Bibel. Terakhir, kitab itu kuberikan pada salah seorang teman.”

Bagi Hugh kala itu, Bibel tidak memuat kesepakatan antara ayat yang satu dengan lainnya. “Itu membuatku ber pikir bahwa ia adalah kitab yang dibuat atau direvisi oleh manusia. Semakin aku membacanya, semakin aku menemukan kebingungan-kebingungan baru,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement