Rabu 07 Sep 2016 16:57 WIB

Tayangan Azan Menyentuh Hati Syifa

Rep: Friska Yolanda/ Red: Agung Sasongko
Adzan yang menjadi siaran paling ditunggu saat Ramadhan
Foto:
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Keputusan Syifa awalnya tidak diterima keluarganya, baik keluarga kandung atau keluarga angkatnya. Ibunya tidak merespons sehingga membuat Syifa kecewa. “Karenanya, saya tidak pulang ke rumah sampai mereka cari-cari ke tempat kerja,” ujar Syifa dengan logat timur yang masih kentara.

Seiring waktu berlalu, seluruh keluarganya pun menerima keputusan Syifa. Bahkan, salah satu kakaknya pun kini telah menjadi mualaf. Ibu kandung Syifa juga menerima Syifa sebagai orang baru dan menginginkan putri bungsunya pulang.

Syifa memiliki keinginan yang sama, namun Allah SWT belum memberinya kesempatan untuk melihat sang ibu yang sudah renta. “Ada saja cobaan yang harus saya hadapi,” kata Syifa.

Hubungan Syifa dengan sang ibu sejak dulu memang sudah renggang. Ibunya bukan tipe yang menginginkan anaknya menuntut ilmu setinggi langit, sedangkan Syifa termasuk seseorang yang haus pengetahuan. Ketidakcocokan ini membuat Syifa pergi dari rumah dan hidup sendiri.

Namun, takdir itulah yang membuat Syifa mengenal Islam dan menjadi seorang Muslimah. Tanpa pertengkaran dengan ibunya, mungkin Syifa tidak akan pernah menjadi seperti sekarang. “Semua berkat Ibu,” katanya.

Kini, Syifa masih terus mempelajari Islam. Dibantu sang suami, Syifa terus memperdalam akidahnya. Keinginan untuk pulang masih ditabungnya. Ia berharap suatu hari nanti bisa kembali ke tanah Kupang dan mencium kaki ibunda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement