Selasa 23 Aug 2016 16:35 WIB

Cinta Maryam Terhadap Islam tak Terbendung

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto:
Seorang jamaah nampak berdoa dengan khusuk di masjid Islamic Center Jakarta, Ahad (21/8). (Republika/ Darmawan)

Siapa sangka, dari peristiwa kecil, bermula dari kegemerannya mendengarkan musik itu, hidayah datang menghampirinya.

Ketika tumbuh dewasa, Margaret tahu bahwa pelantun ayat suci Alquran ialah  Muslim. Kemudian sedikit demi sedikit ia mencoba mencari informasi tentang Islam, tanpa pretensi berpindah agama.

Perkenalan Margaret yang kala itu berumur 18 tahun dengan Islam semakin intens.  Tiap mendalami pendidikan Islam di Universitas New York.

Margaret mengambil  jurusan Yudaisme dalam Islam Karena ia ingin mempelajari Islam secara formal. Setiap kuliah, profesor sering menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang diadopsi dari Yahudi. Segala sesuatu yang baik dalam Islam berasal dari Perjanjian Lama.

Tidak jarang pada saat perkuliahan diputar film propaganda Yahudi. Pada intinya, dalam perkuliahan ditunjukan inferioritas Islam dan Muslim. Namun, Margaret tidak menerima apa yang disampaikan oleh dosennya begitu saja. Ia  merasa ada yang aneh dengan semua penjelasan yang ada. Akhirnya, ia tertantang untuk membuktikan itu semua.

Margaret meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga yang lebih untuk mempelajari Islam secara mendalam, serta membandingkannya dengan ajaran Yahudi. Dalam pencariannya, Margaret menemukan banyak kesalahan dalam Yahudi dan menemukan kebenaran dalam Islam. Ia menuangkan hasil telaahnya tersebut dalam surat yang dikirim ke Abu al-A'la al-Maududi, tokoh ternama dari Pakistan, pendiri Jamaati Islami (Partai Islam) Pakistan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement