Oleh Ilham Darmawan
REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, Berbeda dengan wahyu-wahyu yang lain --yang selalu melalui perantara Malaikat Jibril-- perintah shalat lima waktu langsung disampaikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, ketika Isra' Mi'raj. Ini sebagai pertanda, betapa pentingnya ibadah shalat lima waktu itu. Hukum shalat pun wajib. Ibadah ini pula yang membedakan umat Islam dari umat beragama yang lain.
Dalam rukun Islam, shalat pun menempati urutan kedua setelah syahadat. Karena itu, sudah seharusnya shalat lima waktu itu kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan yang lebih penting lagi, shalat itu harus kita laksanakan dengan khusyuk.
Shalat, menurut etimologi berarti doa mohon kebajikan. Dalam berdoa, kita tentu melakukannya dengan penuh kesungguhan. Sudah semestinya kita juga harus sungguh-sungguh dalam melaksanakan shalat. Shalat itu penuh simbol dan makna --baik dalam gerakan-gerakannya maupun dalam bacaan-bacaannya, sehingga kita juga harus sungguh-sungguh memahami maknanya.
Khusyuk dalam shalat pun menjadi wajib hukumnya. Sesungguhnya seseorang tidak mendapat pahala dari shalat yang dikerjakannya, kecuali ia dapat menghayati lafadz yang dibacanya dalam shalat. Nabi Muhammad SAW bersabda, ''Kamu tidak mendapat pahala dari shalatmu, kecuali kamu dapat menghayati apa yang dibaca di dalamnya.'' (HR Al-Baihaqi).
Jadi, untuk bisa khusyuk dalam shalat, pertama-tama kita memang harus tahu arti dari bacaan yang kita lafadzkan. Berikutnya, bacaan-bacaan dalam shalat itu kita hayati sepenuhnya agar makna semua bacaan-bacaan itu meresap ke dalam hati sanubari kita.
Memang, untuk bisa khusyuk dalam shalat bukanlah perkara yang mudah. Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda, ''Apabila kamu berdiri melaksanakan shalat, maka hendaklah shalat seperti shalatnya orang yang hendak meninggal dunia.'' (HR Ahmad).