Ahad 13 Apr 2025 12:15 WIB

Tawa Keras Syaikhona Kholil saat Shalat Berjamaah

Saat masih muda dan jadi santri, Syaikhona Kholil pernah tertawa keras saat shalat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Hasanul Rizqa
Shalat berjamaah (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Shalat berjamaah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syaikhona Muhammad Kholil al-Bangkalani merupakan ulama kharismatik dari Pulau Madura. Hampir semua kiai-kiai besar di Indonesia berguru kepada Syaikhona Kholil. Sejak masih muda, Syaikhona Cholil pun sudah diberikan keistimewaan.

Diceritakan dalam buku 99 Kiai Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib, Syaikhona Kholil saat menjadi santri pernah tertawa keras dalam keadaan shalat. Syaikhona Kholil muda tertawa di dalam shalat yang dipimpin oleh seorang kiai di sebuah pesantren.

Baca Juga

Syaikhona Kholil tertawa cukup keras sampai membuat teman-temannya takut kalau kiai yang menjadi imam marah terhadap ulahnya. Setelah shalat selesai, ternyata benar sang kiai segera mengintrogasi dan menyalahkan Syaikhona Kholil.

Kiai itu pun menanyakan alasan Syaikhona Kholil tertawa keras selama shalat berlangsung. Namun, Syaikhona Kholil justru terus tertawa meskipun sang kiai sangat marah terhadapnya. Hingga akhirnya Kholil menjawab pertanyaan kiai tersebut.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Ternyata, Syaikhona Kholil tertawa keras dalam keadaan shalat lantaran melihat sebuah berkat (makanan yang biasa dibawa pulang tamu sehabis kenduri) di atas kepala sang kiai. Mendengar jawaban Syaikhona Kholil, sang kiai pun menjadi sadar dan merasa malu atas shalat yang dipimpinnya.

Syaikhona Kholil melihat berkat lantaran sang kiai sedang tergesa-gesa untuk menghadiri acara kenduren, sehingga mengakibatkan shalatnya tidak khusyuk. Sang kiai juga berpikir soal berkat dari acara kenduren tersebut.

Sebagian besar kalangan pesantren memahami bahwa hanya seorang wali-lah yang dapat mengetahui status kewalian orang lainnya. Bagaimanapun, anekdot atau cerita di atas tersebar luas di kalangan komunitas santri, khususnya di Jawa Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement