REPUBLIKA.CO.ID,Tak ada satu orang pun di Makkah yang tidak mengenal Mus’ab bin Umair. Wajahnya yang tampan, pakaiannya yang mahal, dan badannya yang wangi, membuat Mus’ab selalu menjadi perbincangan. Banyak gadis yang bermimpi menjadi istrinya. Terlahir dari keluarga terpandang, Mus’ab sudah biasa hidup dalam kemewahan.
Segala kehidupan dilakoninya sebelum mengenal Islam. Berita tentang Nabi Muhammad dan Islam di Makkah sampai juga di telinga Mus’ab. Ia pun penasaran. Akhirnya, Mus’ab menemui Nabi Muhammad di rumah seorang lelaki bernama Arqam. Di sana, Mus’ab banyak bertanya tentang Islam. Ia mulai tersentuh agama yang dibawa Nabi Muhammad ini.
Namun, keislaman Mus’ab mendapatkan pertentangan dari keluarganya, terutama sang ibu. Ibunya mengurung Mus’ab dan menyiksanya. Meski begitu, Mus’ab tidak takut. Ia bahkan selalu membujuk ibunya untuk ikut masuk Islam. Suatu hari, Mus’ab melihat ibunya sakit. Ternyata, sang ibu melakukan mogok makan.
Hal itu dilakukannya agar Mus’ab meninggalkan Islam. Tapi, Mus’ab tidak gentar. “Saya tidak akan meninggalkan Islam sama sekali,” katanya. Mendengar jawaban Mus’ab, sang ibu akhirnya mengusir Mus’ab. Sejak saat itu, tak ada lagi Mus’ab yang memakai baju mahal dan wangi. Untuk tetap hidup, Mus’ab menjual kayu bakar. Ia juga menjadi pengikut Rasulullah.
Suatu hari, pada masa Perang Uhud (perang antara umat Islam dan kaum kafir), Mus’ab berdiri dengan gagah sebagai salah seorang prajurit. Mus’ab bertugas memegang bendera Islam. Pasukan musuh berulang kali menyerangnya. Ia pun tetap berjuang dengan keras mempertahankan bendera Islam.




