Selasa 18 Nov 2025 09:49 WIB

Kain Lurik Mus'ab bin Umair

Mus'ab merupakan prajurit yang tak pernah mendapatkan harta ra

Penampakan makam di Pemakaman Baqi, Kota Madinah, Sabtu (8/6/2024). Jamaah yang datang ke komplek pemakaman keluarga Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam tersebut diizinkan untuk berziarah dengan cara melintasi dan dilarang untuk berhenti. Di komplek Pemakaman Baqi dikebumikan sejumlah keluarga Rasulullah dan para sahabat. Di antaranya Sayyidah Aisyah, Fatimah, Ali bin Abu Thalib, dan sahabat mulia Utsman bin Affan.
Foto: Karta/Republika
Penampakan makam di Pemakaman Baqi, Kota Madinah, Sabtu (8/6/2024). Jamaah yang datang ke komplek pemakaman keluarga Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam tersebut diizinkan untuk berziarah dengan cara melintasi dan dilarang untuk berhenti. Di komplek Pemakaman Baqi dikebumikan sejumlah keluarga Rasulullah dan para sahabat. Di antaranya Sayyidah Aisyah, Fatimah, Ali bin Abu Thalib, dan sahabat mulia Utsman bin Affan.

REPUBLIKA.CO.ID,Tak ada satu orang pun di Makkah yang tidak mengenal Mus’ab bin Umair. Wajahnya yang tampan, pakaiannya yang mahal, dan badannya yang wangi, membuat Mus’ab selalu menjadi perbincangan. Banyak gadis yang bermimpi menjadi istrinya. Terlahir dari keluarga terpandang, Mus’ab sudah biasa hidup dalam kemewahan.

Segala kehidupan dilakoninya sebelum mengenal Islam. Berita tentang Nabi Muhammad dan Islam di Makkah sampai juga di telinga Mus’ab. Ia pun penasaran. Akhirnya, Mus’ab menemui Nabi Muhammad di rumah seorang lelaki bernama Arqam. Di sana, Mus’ab banyak bertanya tentang Islam. Ia mulai tersentuh agama yang dibawa Nabi Muhammad ini.

Baca Juga

Namun, keislaman Mus’ab mendapatkan pertentangan dari keluarganya, terutama sang ibu. Ibunya mengurung Mus’ab dan menyiksanya. Meski begitu, Mus’ab tidak takut. Ia bahkan selalu membujuk ibunya untuk ikut masuk Islam. Suatu hari, Mus’ab melihat ibunya sakit. Ternyata, sang ibu melakukan mogok makan.

Hal itu dilakukannya agar Mus’ab meninggalkan Islam. Tapi, Mus’ab tidak gentar. “Saya tidak akan meninggalkan Islam sama sekali,” katanya. Mendengar jawaban Mus’ab, sang ibu akhirnya mengusir Mus’ab. Sejak saat itu, tak ada lagi Mus’ab yang memakai baju mahal dan wangi. Untuk tetap hidup, Mus’ab menjual kayu bakar. Ia juga menjadi pengikut Rasulullah.

Suatu hari, pada masa Perang Uhud (perang antara umat Islam dan kaum kafir), Mus’ab berdiri dengan gagah sebagai salah seorang prajurit. Mus’ab bertugas memegang bendera Islam. Pasukan musuh berulang kali menyerangnya. Ia pun tetap berjuang dengan keras mempertahankan bendera Islam.

photo
Sahabat Nabi (ilustrasi) - (Dok Republika)

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement