Ahad 22 Nov 2015 19:19 WIB

Maryam Blackeagle, Keturunan Suku Asli Amerika Bersyahadat

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika sedang duduk membaca Alquran di bawah pohon, dia merasa menemukan jawaban. Maryam melihat kebenaran. Dia jadi paham siapa dia, bagaimana seharusnya dia menjalani hidup, dan ke mana dia setelah mati. Maryam duduk tertegun dan menangis.

"Ketika saya menyatakan syahadat, saya hampir tidak percaya," kata Maryam.

Dia ingin mengelak, tapi dia merasa yakin harus mengambil pilihan itu. Tidak ada jalan lain. Dia telah mendengar begitu banyak cerita indah masuk Islam. Sukacita, air mata kebahagiaan, pekik takbir, dan pelukan orang-orang yang dicintai.

"Saya tidak ingin sama sekali, tapi saya tidak bisa menolaknya. Saya tidak memilih Islam. Islam yang memilih saya. Dan, saya tidak bisa menyangkal kebenaran ketika telah melihatnya."

Sedikit demi sedikit, Maryam membersihkan hidup. "Saya menemukan kedamaian dan harga diri, yang saya tidak tahu apakah saya masih berhak atau tidak. Saya belajar bahwa Allah tidak membenci saya. Allah benar-benar mencintai saya," tutur perempuan itu.

Maryam mengakui, kecanduan obat terlarang bukan hal yang mudah untuk disingkirkan. Dia telah mencoba beberapa program berbeda pada masa lalu, tapi tidak ada yang berhasil. "Hanya ketika saya benar-benar tenggelam dalam iman, saya bisa membebaskan diri darinya." Tiga setengah tahun kemudian, Maryam pindah ke Oklahoma. Dia tinggal bersama komunitas Muslimnya di sana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement