Ahad 22 Nov 2015 19:19 WIB

Maryam Blackeagle, Keturunan Suku Asli Amerika Bersyahadat

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua kenangan itu berakhir ketika dia duduk di bangku kelas lima sekolah dasar. Dari perdesaan, keluarga Maryam pindah ke kawasan "hutan beton" bernama Southern California. Perempuan itu mengatakan, kaumnya telah menjalani proses panjang dan sangat keras. Transisi para penyintas suku asli Amerika sangat sulit. Suku-suku asli telah hancur sepanjang tahun.

Banyak dari mereka kehilangan identitas. Beberapa suku yang kuat bekerja keras untuk menjaga identitas, tapi pada saat yang sama mereka harus berjuang dengan masalah kekerasan, alkohol, dan penyalahgunaan obat terlarang. Masalah itu pula yang harus dilewati Maryam sejak kecil.

Ia dibesarkan di lingkungan yang sangat kasar. Orang tuanya bukan pecandu alkohol, tapi kerabatnya banyak yang gemar minum minuman keras. Ketika mereka mabuk, tindakan apa pun bisa berubah menjadi kekerasan. Maryam sering bersembunyi di lemari ketika kerabatnya datang berkunjung.

Ayahnya, meski bukan peminum, sangat keras. Sementara, ibunya hanya seorang gadis muda tak berpendidikan yang menerima hidup apa adanya. "Saya berasal dari keluarga yang mengalami disfungsional. Sejak usia dini, saya telah berusaha lari," ungkap Maryam.

"Anda mungkin paham, mengapa saya paling bahagia saat sendirian di hutan. Setelah saya lari, saya adalah anak-anak di dunia orang dewasa. Tapi, sudah tidak ada hutan lagi." Pada titik itu, dia merasa terpuruk. Sering kali Maryam berpikir Tuhan seharusnya tidak memberi dia kehidupan. Dia benar-benar benci pada diri sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement