Ahad 15 Nov 2015 14:15 WIB

Puisi-Puisi Rumi, Kebanggaan Dunia Islam yang Dicintai Barat

Rep: c16/ Red: Agung Sasongko
Jalaluddin ar-Rumi (ilustrasi).
Foto:
Jalaluddin Ar-Rumi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah sastra Islam sebenarnya mencatat banyak nama penyair besar, baik penyair beralitas Persia maupun universal. Sebut saja, misalnya, Ferdowsi, Nizami, Sa'adi, dan Hafez Shirazi. Namun, tak satu pun dari mereka yang mendapat pujian dari dunia seperti Rumi.

Meski telah ditulis berabad-abad silam, puisi-puisi Rumi tetap mampu memancarkan pesona pada masa kini  Sebuah masa yang diwarnai dengan peperangan di berbagai belahan dunia serta kesibukan tiada henti pada urusan masing-masing. Namun, di tengah suasana seperti itu, masih banyak warga dunia yang merasa menemukan kebahagiaan dan kerinduan spiritual ketika membaca karya sastra, tak terkecuali karya sastra Rumi.

Membaca karya Rumi, pembaca diajak melihat sisi lain dari kehidupan duniawi. Rumi juga mengajak para penikmat puisi-puisinya untuk menyadari bahwa hidup lebih dari sekadar menjalani hidup apa adanya. Lebih dari itu, Rumi menggiring para pembaca karya sastranya untuk menghargai keindahan ciptaan Allah SWT sebagai salah satu cara merenungkan keagungan-Nya.

Agar bisa menikmati keindahan dunia, menurut Rumi, seseorang harus memiliki kecantikan atau keelokan yang terpancar dari dalam hati. Baginya, keindahan di dunia adalah cerminan dari dalam jiwa.

Rumi juga berpendapat, siapa pun yang bisa merasakan kedamaian, dia akan mampu melihat keindahan di seluruh sudut Bumi. Sebaliknya, siapa pun yang menumbuhsuburkan dendam dan fitnah dalam dirinya, sejauh mata memandang ia hanya akan melihat kejahatan.

Karya Rumi yang paling terkenal adalah Masnawi.  Ini adalah kumpulan puisi yang ditulis dalam bahasa Persia. Masnawi berisi 25 ribu puisi tentang cara mencapai kesempurnaan spiritual melalui cinta yang utuh dan tulus kepada Allah SWT. Kumpulan puisi ini dianggap sebagai karya sastra terbesar yang pernah ditulis dalam bahasa Persia.

Masnawi  memberikan dampak yang sangat besar kepada banyak orang. Melalui kumpulan puisi ini, Rumi seakan ingin menyampaikan pesan bahwa setiap orang perlu diingatkan terus-menerus akan potensi kebaikan yang mereka ada dalam diri mereka.

Rumi yang memiliki darah Persia lahir pada 1207 di Vakhsh atau yang sekarang dikenal sebagai Tajikistan. Dari Vakhsh, orang tua Rumi terpaksa berimigrasi ke Kota Konya, Turki, setelah Mongol terus-menerus melancarkan invasi ke Asia Tengah. 

Di Turki, Rumi tumbuh menjadi sosok yang cemerlang. Ia menjadi guru besar dan ahli hukum. Belakangan haluan hidupnya berubah, terutama setelah ia mengenal Shams-e Tabrizi. Shams adalah pelaku sufi yang mengembara dari Persia. Selama tiga tahun, Rumi mendalami ajaran sufi dari Shams. Hal itulah kemudian yang menjadikannya penyair mistik.

Sejak itu, Rumi tampil sebagai seorang sastrawan dan seniman. Ia mulai memadukan unsur musik dan puisi dengan tarian. Hampir setiap malam, ia menghabiskan waktu dengan menari  sembari membacakan puisi-puisinya di hadapan orang lain. Tariannya yang sarat dengan gerakan-gerakan berputar kemudian menjadi terkenal sekaligus melempangkan jalan bagi berdirinya Tarekat Mawlawi yang dibentuk oleh para muridnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement