REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maulana Rumi telah menyulap bumiku menjadi permata. Dengan tanah liatku, ia ben tuk semesta lak sana surga, begitu kesan mendalam yang disampaikan Muhammad Iqbal penulis the Recontructin Of Religious Thoughat In Islam dalam buku terjemahan Fihi Ma Fihi, Mengarungi Samudra Kebijaksanaan.
Ya, dialah Jalaluddin Muhammad Rumi yang juga dikenal sebagai Jalaluddin Muhammad Balkhi. Tokoh yang lahir pada 30 September 1207 dan wafat pada 17 Desember 1273 adalah penyair besar asal Persia. Selain itu, ia juga ahli hukum, sarjana, teolog, dan tokoh sufi Islam yang kaya dengan warisan intelektual sepanjang masa. Dunia mengagumi kontribusi Rumi.
Bahkan, badan PBB untuk pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, (UNESCO), menetapkan 2007 sebagai Tahun Rumi, bertepatan dengan peringat an 800 tahun kelahiran sang tokoh.
Masih menurut Iqbal, Rumi memiliki pengetahuan yang sangat dalam dan luas tentang bermacammacam isu. Sebagian dari kemampuannya adalah bagaimana ia bisa mengungkapkan gagasan cemerlang dengan memakai redaksi yang bisa digunakan seharihari.
Misalnya, ketika Rumi menjelaskan ruh Islam dan kehendak Allah dengan segala ciptaannya, Rumi memakai term isyq (kerinduan dan kencenderungan relung hati pada Wujud yang dirindukan) yang dapat memengaruhi perasaan dan memalingkan akal, jiwa, dan hati dalam waktu yang bersamaan.