Senin 17 Oct 2016 16:31 WIB

Tarian Tarekat Rumi

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Jalaluddin ar-Rumi (ilustrasi).
Foto: quantummethod.org
Jalaluddin ar-Rumi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Selama sembilan tahun, Rumi mempraktikkan tasawuf sebagai murid Burhanuddin Muhaqqiqat Turmudzi sampai gurunya tersebut meninggal pada 1240. Rumi kemudian mulai menjadi ahli fikih Islam, mengeluarkan fatwa, dan memberikan khutbah di masjid-masjid Konya. Dia juga menjabat sebagai molvi (guru Islam) dan mengajarkan pengikutnya di madrasah.

Selama periode ini, Rumi juga melakukan perjalanan ke Damaskus dan menghabiskan empat tahun di sana. (Baca: Tahun Rumi dan Jejak Emas Sang Maestro Sufi)

Saat berusia 48 tahun, Rumi bertemu dengan seorang penyair sufi pengelana, Syamsuddin at-Tabrizi, pada 15 November 1244. Pertemuan ini benarbenar meng ubah hidupnya. Dari seorang teolog, Rumi berubah menjadi seorang tokoh sufi.

Rumi menggambarkan kesedihannya berpisah dengan sang gurunya, Syams, yang dibunuh oleh warga Konya. Kepedih annya dituangkan melalui syairsyair yang dikenal dengan nama Diwan Syams Tabriz. (Baca Juga: Menelusuri Genealogi dan Jejak Pemikiran Rumi)

Menurut Annemarie Schimmel dalam Menyingkap yang Tersembunyi: Misteri Tuhan dalam Puisi-Puisi Mistis Islam, metamorfosis puisi dan pemikiran sufistik Rumi tak terlepas dari pengaruh dan didikan sang mursyid, Syamsuddin.

Pertemuan keduanya memberikan per ubahan terbesar pada kehidupan Rumi karena Syamsuddin mengajak Rumi mema suki dunia mistik. Begitu pula dengan Syamsuddin. Dia merasa Rumi adalah kawan yang dapat memahaminya dan siap menerima gelora spiritualnya.

Dosen Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah Palembang, Eni Murdiati, dalam karyanya yang berjudul Tarian Spiritual Jalaluddin Rumi menambahkan, setelah kepergian Syams, Rumi bersahabat dengan Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad.

Berkat sahabatnya itu, selama 15 tahun terakhir masa hidupnya ia berhasil menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Matsnawi.

Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karya nya ini, ajaranajaran tasawuf yang dituangkan secara mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lainlain.

Karya tulisnya yang lain adalah Ru ba'iyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1.600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan cera mahnya tentang tasawuf), dan Maktubat (himpunan suratsuratnya kepada sahabat atau peng ikutnya).

Bentuk kecintaan Rumi kepada Khaliknya adalah kecintaan dalam level yang tertinggi. Menurut Ernita Dewi dalam Seni dan Pendekatan Diri Kepada Tuhan, Rumi tidak memberi limit tertentu untuk cintanya dan terus tenggelam dalam lautan ketuhanan. Maulawiyah

Persahabatannya dengan Syekh Hisamuddin, yang juga salah seorang misti kus, telah banyak membantu Rumi menulis kan pengalaman mistiknya. Bersama Hisamuddin, Rumi juga mengembangkan tarekat yang dikenal dengan tarekat Jalaliyah atau Maulawiyah.

Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama the Whirling Dervishes (Para Darwis yang Berputarputar), karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputarputar yang diiringi oleh gendang dan suling, seiring dengan suara musik mereka melantunkan zikir kepada Allah sampai mereka mencapai tingkatan ektase (fana).

Suatu keadaan mabuk yang tak terkendali akibat penghayatan yang mendalam pada makna zikir yang dilantunkan ketika mereka menari. Tarian dengan gerak berputar-putar tersebut telah mampu mengantarkan para pengikut Rumi menemukan cahaya Tuhan yang tidak bisa dimengerti oleh orang lain. Tarekatnya menyebar dari Turki ke Suriah, Iran, Mesir, dan negara lainnya.

Tarian dalam tarekat Rumi bertujuan untuk mencapai keindahan Ilahiyah dan keinginan untuk mendekatkan diri kepada pencipta serta menemukan keberadaan Tuhan meskipun tidak mendapatkannya se cara hakiki. Tetapi, tarian tersebut meng gambarkan betapa seni memberikan manusia banyak hal yang tidak dapat diberikan oleh yang lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement