REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menganggap perekonomian umat Islam Indonesia sangat lemah. Oleh sebab itu, permasalahan ini harus ditindaklanjuti oleh berbagai kalangan terutama umat Islam dan para pemimpinnya.
“Kondisi ekonomi umat Islam Indonesia memang masih sangat lemah,” ungkap Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, Kamis (12/2).
Dahnil menjelaskan, kondisi di Indonesia itu digambarkan bahwa yang menguasai ekonomi berarti menguasai juga perpolitikan Indonesia. Namun, dia menambahkan, karena ekonomi Indonesia lemah, maka perpolitikan Indonesia juga ikut lemah. Menurutnya, kondisi lemah itulah yang menggambarkan kondisi Indonesia yang sebenarnya.
Karena lemah, Dahnil menyarankan masyarakat terutama umat Islam untuk membangun konektivitas antara umat Islam dalam membangun perekonomian bangsa. Menurutnya, pada hakikatnya pasar ekonomi Indonesia itu merupakan pasar Islam. Oleh karena itu, para pelakuknya juga harus umat islam, selaku mayoritas di Indonesia.
Sementara itu, dalam rekomendasi Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-VI di Yogyarakat, 8-11 Februari yang melahirkan Risalah Yogyakarta. Risalah itu menyeru seluruh komponen umat Islam Indonesia untuk bangkit memberdayakan diri, mengembangkan potensi ekonomi, meningkatkan kapasitas SDM umat, menguatkan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis ormas, masjid, dan pondok pesantren, meningkatkan peranan kaum perempuan dalam perekonomian, mendorong permodalan rakyat yang berbasis kerakyatan, dan mendorong kebijakan pemerintah pro-rakyat.