REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tunisia terletak di Afrika Utara. Sejarah yang panjang, termasuk sejak datangnya peradaban Islam, telah menjejak di sana. Sejak ratusan tahun silam, agama ini telah mewarnai kehidupan dan gerak langkah masyarakat Tunisia. Hingga kini, jejak kejayaan dan peradaban Islam di masa lalu masih bisa disaksikan di berbagai kota di Tunisia.
Negeri ini menjadi pemicu munculnya Arab Spring atau reformasi dunia Arab pada 2011. Tuntutan masyarakat agar Presiden Ben Ali mundur dari jabatannya yang telah dipegang selama puluhan tahun membuat negeri ini bergolak. Perlawanan dan demonstrasi datang bagai gelombang pasang yang akhirnya memaksa sang presiden turun takhta.
Tunisia bisa menjadi cermin kejayaan Islam. Lewat sejumlah warisan dan peninggalan bersejarah, kita bisa menyaksikan bagaimana Islam menjadi warna yang sangat dominan di negeri ini berabad-abad silam.
Sidi Oqba
Masjid ini merupakan yang terbesar dan tertua di Tunisia. Letaknya di Kota Kairouan. Sidi Oqba sering dianggap sebagai masjid suci umat Islam setelah Makkah, Madinah, dan Yerusalem.
Masjid ini dibangun oleh Emir Ahmad Ibrahim Abou pada 863. Nama Sidi Oqba diambil dari pendiri Kota Kairouan, Sidi Oqba, yang datang pada 670 setelah orang-orang Muslim Arab ke Afrika Utara. Selama ratusan tahun, masjid ini menjadi tujuan ziarah di kawasa Afrika Utara.
Dinding masjid ini sangat keras. Tiangnya juga sangat kuat. Kubahnya berukuran cukup besar sehingga sangat jelas jika dilihat dari jarak jauh. Di halaman masjid ini terdapat conblock yang tersusun rapi. Juga, ada satu lantai yang beebentuk tapal kuda dan 400 pilar kuno.
Sementara, di bagian utara Sidi Oqba terdapat 115 anak tangga yang mengarah ke tiga lantai. Di bagian paling bawah terdapat lempengan Romawi yang dibuat pada 728. Di lempengan tersebut terdapat tulisan latin yang terbalik. Di dalam masjid agung ini terdapat makam tokoh masyarakat Kairouan.
Masjd Al Zaytuna