REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Setiap manusia tentu pernah berbuat salah, dan sebaik-baik manusia yang bersalah adalah yang mau bertobat" (HR Tirmidzi).
Umar bin Khattab adalah sahabat yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa setan segan untuk menggodanya. Ia seorang yang kuat, tegas, dan keras, tetapi ia tetap seorang manusia.
Pada suatu waktu, ia tersinggung oleh ucapan Abu Bakar ash-Shiddiq. Hatinya luka; tetapi ia memilih pulang, tanpa memperpanjang kata.
Abu Bakar ditinggalkannya untuk menjaga agar luka hatinya tidak bertambah parah. Pada akhirnya, ayahanda ummul mukminin 'Aisyah itu menyesal atas kejadian tersebut.
Abu Bakar pun pergi ke rumah Umar untuk meminta maaf. Ia tidak ingin perasaan buruk itu tetap menghantui dirinya. Sebab, hati nurani selalu jujur. Ia segera mengakui kesalahan dan kekeliruannya.
Namun, Abu Bakar lebih merasa tersiksa lagi hatinya, sebab ketika ia meminta maaf kepada Umar, ternyata Umar tidak mau memberi maaf kepadanya.
Ia tidak kuat menahan kepedihan hatinya karena niat baiknya tidak diterima oleh Umar. Kemudian, ia pun pergi menghadap Rasulullah SAW untuk meringankan beban hatinya.
Demikian juga dengan Umar, ia pun menyesal atas apa yang diperbuatnya, yakni menutup pintu waktu Abu Bakar datang meminta maaf. Maka segera, ia pergi ke rumah Abu Bakar.
Namun, pas ketika itu Abu Bakar tidak berada di rumahnya. Kemudian, al-Faruq pun beranjak ke rumah Rasullulah SAW.
View this post on Instagram