Oleh: Hannan Putra
Ibnu Taimiyah ketika ditanya tentang bahasa penduduk surga, beliau menjawab dalam Majmu Fatawa jika tidak dapat diketahui bahasa apakah yang akan digunakan manusia pada hari itu.
Tidak ada keterangan dari hadis maupun nash Alquran tentang hal ini. Tidak pernah juga didengar dari kalangan sahabat jika bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab dan bahasa penduduk neraka adalah bahasa Persia.
Namun, memang menurut Ibnu Taimiyah, ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama khalaf. Ada yang menyebut bahasa Arab digunakan sebagai bahasa di surga dan bahasa Persia digunakan penduduk ahli neraka.
Beberapa pendapat mengatakan, penduduk surga akan memakai bahasa Suryaani sebagaimana dipakai oleh Nabi Adam AS dan diyakini semua bahasa dunia hari ini bersumber dari bahasa itu. Namun, Ibnu Taimiyah menggarisbawahi jika semua pendapat tersebut belum bisa dijadikan hujah karena tidak bersumber dari Alquran dan hadis.
Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) KH Prof Dr Akhsin Sakho mengatakan hadis tersebut sekilas menyerukan ‘Arabisasi’ dalam segala hal. Padahal, Rasulullah SAW diutus untuk sekalian alam. "Orang Islam walau tidak bisa bahasa Arab, tetap saja bisa masuk surga. Masuk surga bukan karena bahasa Arabnya, namun amal saleh seseorang," ujarnya.
Menurut Kiai Akhsin, bahasan mengenai surga adalah perkara gaib. Diperlukan dalil khusus yang menjelaskan tentang hal gaib. "Surga urusan gaib yang mengetahui gaib hanya Allah. Apakah di surga berbahasa Arab? Wallahu a'lam," katanya.
Akhsin mengatakan, secara logika bahasa Arab bisa menjadi salah satu media yang akan mengantarkan seseorang ke surga. Sebagaimana dipopulerkan para penyair Arab, bahasa Arab diibaratkan kunci dari ilmu pengetahuan Islam.
Alquran dan hadis adalah sumber utama ilmu pengetahuan Islam berbahasa Arab. Artinya, hanya dengan memahami bahasa Arab, kita bisa membuka kunci ilmu pengetahuan dari sumbernya.
Mungkin saja, sebut Kiai Akhsin, mereka yang dulu mempelajari bahasa Arab ketika di dunia kemudian bercakap-cakap bersama rekan-rekannya sesama penuntut ilmu dengan bahasa Arab.
Para ulama, baik orang Arab maupun non-Arab, kebanyakan bisa bahasa Arab. Orang alim dan fakih biasanya juga ahli bahasa Arab. Bukan tidak mungkin ketika orang-orang fakih ini ketika masuk surga akan berbincang dengan bahasa yang mereka pakai di dunia. Wallahua'lam.