REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) menandatangani kontrak pembangunan Rumah Sakit Indonesia tahap kedua yang berlokasi di Rakhine State, Myanmar, Rabu (6/9) di Yangon dengan kontraktor. Pembangunan tahap pertama sudah selesai dan MER-C sekarang akan segera bangun tahap kedua.
Faried Thalib, anggota Presidium MER-C menjelaskan tahap kedua pembangunan rumah sakit ini merupakan pembangunan gedung tempat tinggal untuk dokter dan perawat. “Pembangunan rumah tinggal untuk dokter dan perawat ini kita dahulukan, dan setelah berjalan, bangunan utama akan segera kita bangun secara bersamaan, kita targetkan tiga bulan ke depan ini akan selesai” ujarnya.
Ketika ditanya mengapa MER-C membanguan RS di daerah konflik di Myanmar, Faried menjelaskan bahwa ini merupakan bagian dari diplomasi kemanusiaan yang sudah dilakukan MER-C sejak tahun 2012 lalu.
“Ini bagian dari diplomasi kemanusiaan yang dilakukan oleh MER-C, diharapkan dengan dibangunnya rumah sakit ini, akan memberikan manfaat kepada rakyat Myanmar yang dilanda konflik dan yang lebih penting akan membantu meredakan konflik di daerah ini," kata dia.
Faried menambahkan, Indonesia dengan mayoritas Muslim dan minoritas Budha hendaknya menjadi contoh bagi pemerintah dan rakyat Myanmar, bahwa keberagaman bukan alasan untuk bertikai, namun justru saling mengayomi satu dengan yang lain.
“Terlebih lokasi Rumah Sakit berada di antara daerah penduduk muslim dan Budha, sehingga bisa menjadi fasilitas untuk semua penduduk di sana," kata dia.
Pembangunan RS Indonesia di Rakhine State, Myanmar merupakan bagian dari diplomasi kemanusiaan yang sudah dilakukan MER-C sejak mendirikan RS Indonesia di Gaza, Palestina.
Khusus wilayah konflik Myanmar dimulai dengan misi pertama MER-C ke Rohingya pada tahun 2012 dan dilanjutkan dengan assessment ke lokasi lahan RS Indonesia di Mrauk U pada Agustus 2015. Saat itu, Tim langsung melakukan pembelian (pembebasan lahan karena tanah adalah milik negara), tepatnya di Mrauk U, Rakhine State.
Pada Mei 2017, setelah sempat tertunda selama dua tahun, pembangunan RS Indonesia resmi dimulai. Hal ini berkat inisiasi dari M. Jusuf Kalla, waktu itu ketua Palang Merah Indonesia (PMI) yang memberikan dukungan positif dan berharap RS Indonesia bisa segera terwujud dalam jangka waktu satu tahun ke depan.
Serangkain rapat koordinasi antara MER-C, PMI, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian terkait lainnya sudah beberapa kali digelar baik di kantor Wakil Presiden RI dan Markas Besar PMI untuk menindaklanjuti dan mempercepat pembangunan RS Indonesia.
MER-C telah menunjuk tim pelaksana pembangunan RS Indonesia di Rakhine State, Myanmar yang terdiri dari para relawan insinyur yang sudah berpengalaman membangun RS Indonesia di Jalur Gaza, Palestina. Meskipun pembangunan diserahkan kepada kontraktor lokal, namun MER-C akan menempatkan relawan insinyur di lapangan untuk mengawasi seluruh proses pembangunan RS Indonesia di Rakhine State sampai pembangunan selesai.