Rabu 10 Dec 2025 09:55 WIB

Rasulullah pun Pernah Marah, Begini Batasannya

Saat marah pun, Nabi SAW tidak pernah mengucapkan hal selain kebenaran.

ILUSTRASI Rasulullah SAW
Foto: pxhere
ILUSTRASI Rasulullah SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahmad Muhammad al-Hufy dalam bukunya, Akhlak Nabi Muhammad SAW, menggambarkan bagaimana marahnya Rasulullah SAW.

Dalam menyampaikan dakwah, Nabi SAW kerap kali menghadapi cercaan, caci maki dan penghinaan dari mereka yang memusuhi Islam. Semua itu beliau hadapi dengan penuh kesabaran.

Baca Juga

Bagaimanapun, ada kalanya beliau menampakkan tanda-tanda marah. Dan, kemarahan itu pun wajar adanya.

Sebab, pemicu kemarahan itu bukanlah penghinaan yang menyasar diri personal beliau, melainkan risalah yang beliau sampaikan.

Bagaimana Rasulullah SAW bisa legawa terhadap orang-orang bodoh yang sangat lancang mulutnya mencaci dan mengejek Islam, mengingkari tauhid, menolak hari kebangkitan setelah mati, serta norma-norma kebaikan dan kebenaran? Sudah sepantasnya beliau marah.

Namun, yang patut dicatat ialah, kemarahan Nabi SAW bisa terkontrol. Rasulullah SAW pun tidak pernah marah untuk kepentingan duniawi.

Bila Rasulullah SAW marah dalam membela kebenaran, tidak seorang pun dapat menghadapinya sampai yang benar itu menang.

Seperti yang diceritakan ummul mukminin 'Aisyah, Rasulullah SAW tidak pernah membalas dendam untuk pribadinya, kecuali apabila larangan Allah SWT dilanggar.

Kemarahan Rasulullah SAW adalah wajar sesuai dengan risalahnya dan keagungannya, tetapi kemarahan itu tidak melampaui batas-batas kewajaran.

Abdullah bin Amr bin Ash berkata, "Wahai Rasulullah, aku akan mencatat apa yang engkau ucapkan dalam keadaan marah dan dalam keadaan suka."

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement