REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membela rakyat Palestina justru merupakan wujud nyata dari ajaran Yudaisme yang hakiki. Lebih dari 450 tokoh Yahudi terkemuka dunia menegaskan hal ini dalam surat terbuka yang menyerukan sanksi terhadap Israel atas tindakan genosida di Gaza.
Mereka menekankan bahwa ketika para sage (orang bijak) Yahudi kuno mengajarkan bahwa "menghancurkan satu nyawa berarti menghancurkan seluruh dunia", ajaran tersebut tidak membuat pengecualian bagi warga Palestina.
Dengan demikian, perjuangan menuntut keadilan bagi Palestina justru diyakini sebagai bagian integral dari nilai-nilai kemanusiaan dalam Yudaisme.
Pandangan ini didasarkan pada prinsip-prinsip etika universal yang mereka temukan dalam keyakinan mereka, seperti penekanan pada keadilan, kasih sayang, dan pengakuan martabat setiap individu. Mereka menafsirkan teks-teks keagamaan yang berbicara tentang perlakuan terhadap orang asing atau pentingnya keadilan sosial sebagai dasar untuk mendukung hak-hak asasi manusia rakyat Palestina dan menentang apa yang mereka tegaskan sebagai penindasan.
Selain itu, pengalaman sejarah penderitaan dan pengasingan dalam tradisi Yahudi juga dapat menjadi motivasi bagi beberapa orang untuk bersolidaritas dengan kelompok-kelompok yang tertindas, termasuk rakyat Palestina.
Mereka mungkin melihat perjuangan Palestina melalui lensa pengalaman sejarah mereka sendiri dan merasa memiliki kewajiban moral untuk mencegah perlakuan tidak adil terhadap orang lain.
Oleh karena itu, bagi mereka, membela rakyat Palestina adalah cara untuk menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang mereka yakini sebagai inti dari ajaran agama mereka, meskipun pandangan ini tidak selalu universal dalam komunitas Yahudi.
Nama-nama Besar
Koalisi tokoh Yahudi global pembela Palestina ini terdiri dari nama-nama ternama seperti mantan ketua parlemen Israel Avraham Burg, sutradara peraih Oscar Jonathan Glazer, penulis Naomi Klein, hingga komedian Eric Andre.