Selasa 18 Nov 2025 20:50 WIB

Indonesia Penyumbang 50 Persen Angka Kematian Jamaah Haji, Begini Saran Perdokhi

Perdokhi usulkan Digitalisasi istithaah jamaah haji Indonesia.

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Jamaah haji Indonesia antre memasuki bus Shalawat seusai beribadah di Masjidil Haram di terminal Shib Amir, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (21/6/2025). Operasional bus Shalawat akan berhenti per 2 Juli 2025 yakni pada saat jamaah haji Indonesia terakhir berada di Makkah.
Foto: ANTARA FOTO/Andika Wahyu
Jamaah haji Indonesia antre memasuki bus Shalawat seusai beribadah di Masjidil Haram di terminal Shib Amir, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (21/6/2025). Operasional bus Shalawat akan berhenti per 2 Juli 2025 yakni pada saat jamaah haji Indonesia terakhir berada di Makkah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi), dr Syarief Hasan Lutfie mengungkapkan tingginya angka kematian jamaah haji Indonesia.

Berdasarkan laporan otoritas Arab Saudi, Indonesia masih menjadi penyumbang sekitar 50 persen angka kematian jamaah dunia. Kondisi ini disebut harus menjadi alarm serius bagi seluruh pemangku kepentingan.

Baca Juga

“Bahwa Indonesia 50 persen adalah penyumbang kontribusi kematian terbesar dari jamaah dunia. Maka aspek preventif harus diperkuat,” ujar Syarief kepada Republika.co.id, Selasa (18/11/2025).

Menurutnya, persoalan ini bukan hanya soal penyakit bawaan jamaah, tetapi juga lemahnya kemampuan fisik serta belum optimalnya asesmen istithaah.

Karena itu, Perdokhi mendorong digitalisasi sistem penilaian kesehatan jamaah melalui inovasi terbaru mereka.

Sebagai respons atas tingginya risiko kematian jamaah, Perdokhi akan memperkenalkan Smart Ring, sebuah perangkat kesehatan yang memantau kondisi fisik jamaah secara real-time.

Peluncuran ini akan dilakukan dalam peringatan HUT Satu Dekade Perdokhi pada 22-23 November 2025 di Aston Sentul Lake Resort & Conference Center, Bogor.

Cincin pintar ini dapat mengukur aktivitas harian, VO2max, ketahanan jantung dan paru, kadar gula, kelelahan, hingga detak jantung.

Data tersebut terkoneksi langsung ke aplikasi ponsel, sehingga jamaah dan dokter pendamping dapat melihat potensi risiko lebih dini.

“Dengan Smart Ring, jamaah bisa tahu apakah dia mampu berjalan jauh, apakah fisiknya siap, atau ada risiko berbahaya. Ada warning yang bisa terbaca,” ucap Syarief.

photo
Infografis Perbandingan Biaya Haji 2026 dengan 2025 - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement