Jumat 10 Oct 2025 21:29 WIB

55 Tahun Pidato Cak Nur: Dari Dihujat Hingga Jadi Cahaya Pembaruan Islam

Pemikiran Cak Nur masih relevan untuk menjawab krisis moral dan kebangsaan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Intelektual Islam progresif Budhy Munawar Rachman menyampaikan Pidato Kebudayaan bertajuk
Foto: Republika/Muhyiddin
Intelektual Islam progresif Budhy Munawar Rachman menyampaikan Pidato Kebudayaan bertajuk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Intelektual Islam progresif Budhy Munawar Rachman menegaskan kembali relevansi pemikiran Nurcholish Madjid (Cak Nur) bagi kehidupan keagamaan, demokrasi, dan kebangsaan Indonesia.

Pernyataan itu ia sampaikan dalam Pidato Kebudayaan bertajuk “Menengok 55 Tahun Pidato Pembaruan Islam Cak Nur: Energi Perubahan dari Taman Ismail Marzuki” pada rangkaian Madani Fest X yang digelar di Aula PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Jumat (10/10/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Cak Nur merupakan salah satu pemikir Islam paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Ia dikenal sebagai penggerak Islam inklusif dan rasional serta menjadi salah satu peletak fondasi intelektual bagi gerakan demokrasi 1998.

Dalam pidatonya, Budhy menggambarkan betapa pentingnya jejak intelektual Cak Nur yang bermula dari Taman Ismail Marzuki pada 1970, melalui pidato legendarisnya tentang pembaruan pemikiran Islam yang memicu gelombang perubahan besar dalam wacana keislaman Indonesia.

Budhy menjelaskan, pembaruan pemikiran Islam ala Cak Nur memiliki dua fase penting, dan keduanya berlangsung di Taman Ismail Marzuki.

“Jadi pembaruan Cak Nur itu sebenarnya ada dua. Yang pertama, 55 tahun lalu, tahun 1970 di sini, di kompleks TIM ini. Dan yang kedua tahun 1992, juga di sini,” ujar Budhy.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement