Ahad 23 Nov 2025 13:09 WIB

Menag Tampil Seperti Bung Karno dan Kisah Haru di Balik Gowes Ontel Hari Guru

Hari Guru Nasional jadi momentum penguatan pendidikan.

Menteri Agama Nasaruddin Umar
Foto: Kemenag
Menteri Agama Nasaruddin Umar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan pasang mata terfokus pada seorang pria paruh baya yang melambaikan tangan dari barisan paling depan. Mengenakan setelan klasik berwarna hijau dan bersepeda ontel, ia tampak gagah dan berwibawa, seolah membawa kembali memori perjuangan masa lalu.

Sosok itu bukan sekadar warga biasa yang sedang berolahraga, melainkan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar, yang sedang memimpin sebuah acara peringatan Hari Guru Nasional yang unik dan penuh makna.

Baca Juga

Di tengah Jakarta yang selalu ramai oleh deru kendaraan, sebuah pemandangan langka terhampar. Ratusan guru dari berbagai latar belakang keyakinan berkumpul, bukan untuk berdemonstrasi, melainkan untuk merayakan.

Pada Hari Guru Nasional, Ahad (23/11/2025), Kantor Kementerian Agama menjadi titik kumpul para pengayuh sepeda ontel, sebuah alat transportasi yang membawa kenangan tak lekang oleh waktu.

Menag Nasaruddin Umar, tampil berbeda dengan setelan klasik berwarna hijau, memimpin rombongan pesepeda ini. Penampilannya yang penuh nostalgia ini mengingatkan kembali pada era para guru berjuang dengan segala kesederhanaan. Ia melambaikan tangan kepada warga yang terheran-heran, menghadirkan kembali nuansa tempo dulu di tengah modernitas ibu kota.

"Ya, nostalgia dulu guru-guru memakai pakaian seperti ini," ucap Menag Nasaruddin. Ia menambahkan, "Guru-guru itu tokoh masyarakat, ya. Luar biasa. Alhamdulillah, kita sekarang ini memperingati Hari Guru." Kata-katanya mengalir dengan kehangatan, merayakan dedikasi tanpa batas para pendidik dari masa ke masa.

Gerakan rombongan ini bukan sekadar kegiatan fisik biasa. Dari halaman kantor Kementerian Agama, mereka bergerak perlahan menuju Lapangan Banteng dan menyusuri jalur kota yang telah disiapkan. Di setiap kayuhan, tersimpan makna mendalam tentang perjalanan panjang dan berat yang harus ditempuh para guru di masa lalu.

"Ya, dulu kan tidak ada motor, tidak ada mobil. Ya, jalan kaki kejauhan. Makanya kita pakai sepeda,” tutur Menag, menjelaskan alasan sederhana namun penuh makna di balik pemilihan sepeda ontel. Ungkapan ini membawa kita pada sebuah refleksi, di mana keterbatasan tidak menghalangi semangat untuk mengajar dan mencerdaskan bangsa.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement