Selasa 16 Sep 2025 14:35 WIB

Bursa Efek Tel Aviv Terguncang Hebat Buntut Pengakuan Netanyahu Soal Israel Diblokade Dunia

Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza.

Pergerakan saham (ilustrasi)
Foto: Prayogi/Republika
Pergerakan saham (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Bursa Efek Tel Aviv (TASE) diguncang oleh pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang dengan jelas mengakui bahwa Israel terperosok ke dalam isolasi politik.

Sebuah kondisi yang akan memaksanya untuk mengadopsi ekonomi autarkis, ekonomi tertutup dan mandiri dalam menghadapi isolasi dari pasar global.

Baca Juga

Dikutip Aljazeera, Senin (16/9/2025), surat kabar ekonomi Israel, Calcalist, menggambarkan suasana di pasar suram. Indeks Tel Aviv 125 turun 1 persen, indeks minyak dan gas turun 2,2 persen, sementara saham-saham militer mengalami kerugian besar, karena Elbit kehilangan 2 persen nilainya, dan Next Vision turun 4 persen.

Berbicara pada Konferensi Akuntan Umum di Yerusalem, Netanyahu mengakui bahwa Israel akan segera menghadapi isolasi yang parah.

"Kita harus menjadi sebuah ekonomi dengan fitur-fitur autarkis. Kita bisa saja berada dalam situasi di mana industri senjata kita dikepung," kata Netanyahu.

Dia menambahkan negaranya harus menjadi Athena dan Super Sparta. Pernyataan-pernyataan ini mencerminkan hilangnya kepercayaan pada kemampuan untuk mempertahankan ekonomi terbuka dan tampaknya menjadi peringatan langsung kepada para investor bahwa penurunan tajam telah dimulai.

New Med Energy kehilangan 2,4 persen, sementara Aluma Infrastructure turun 12,9 persen setelah Bezeq mengumumkan pembatalan kesepakatan pembelian, yang oleh Calcalist digambarkan sebagai bukti terkikisnya kepercayaan terhadap ekonomi Israel.

Keruntuhan ini bukan hanya fluktuasi sesaat, tetapi, menurut para ahli, mencerminkan kehilangan arah yang menghantam perekonomian di bawah beban isolasi internasional dan pengetatan pasar global.

Netanyahu mencoba membenarkan keruntuhan ini dengan menyalahkan minoritas Muslim di Eropa yang menekan pemerintah mereka untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement