Rabu 10 Sep 2025 23:54 WIB

Enam Skenario Penghentian Perang di Jalur Gaza, Mana yang Paling Mungkin Ditempuh?

Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza.

Tank-tank Israel beroperasi di area berkumpul di perbatasan dengan Jalur Gaza di Israel selatan, Rabu, 3 September 2025.
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Tank-tank Israel beroperasi di area berkumpul di perbatasan dengan Jalur Gaza di Israel selatan, Rabu, 3 September 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Lebih dari dua tahun setelah perang yang menghancurkan di Jalur Gaza disertai dengan genosida dan kebijakan pelaparan yang sistematis, pertanyaan yang paling mendesak masih berkisar pada bagaimana perang ini akan berakhir dan apakah perubahan di lapangan dan tekanan internasional akan mengarah pada penyelesaian sementara yang membuka jalan menuju stabilitas? Atau apakah kita menghadapi babak baru yang akan memperburuk tragedi kemanusiaan yang sudah ada?

Dalam konteks ini, Centre for Leadership and Diplomacy (CLD) pada 30 Agustus 2025 lalu merilis sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti Wael Shadid.

Baca Juga

Penelitian mencakup pembacaan analitis mendalam atas enam skenario yang mungkin terjadi dan dapat berkontribusi menghentikan perang atau mengubah arahnya.

Studi ini menyimpulkan skenario yang paling mungkin adalah gencatan senjata sementara yang tunduk pada pemantauan internasional atau gencatan senjata jangka pendek yang dapat diikuti oleh keruntuhan yang cepat dan kembali ke eskalasi.

Meskipun penelitian ini secara relatif mengecualikan skenario bimbingan internasional atau kelanjutan dari perang terbuka, penelitian ini tidak menghapusnya dari lingkaran kemungkinan.

BACA JUGA: Di Balik Bocornya Dokumen Ungkap Kegagalan Kereta Gideon Israel di Gaza: Hamas tak Terkalahkan?

Studi ini menunjukkan bahwa jalannya perang dipengaruhi oleh 12 faktor utama, namun yang paling menonjol adalah 3 faktor yaitu sebagai berikut:

1. Pengaruh AS terhadap Israel sebagai faktor yang paling menentukan dalam membentuk jalannya perang

2. Stabilitas koalisi yang berkuasa di Tel Aviv dan kemampuannya untuk menahan tekanan internal dan eksternal

3. Orientasi pembentukan keamanan Israel, yang menyeimbangkan antara keuntungan militer dan biaya politik.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement