Senin 08 Sep 2025 09:05 WIB

Mengaku Patriot Muslim, Pejabat Partai Reformasi Inggris Bungkam Soal Genosida di Gaza

Partai Reformasi menduduki puncak jajak pendapat selama beberapa bulan tereakhir.

Zia Yusuf (kiri) dan Nigel Farage
Foto: AP
Zia Yusuf (kiri) dan Nigel Farage

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Kepala kebijakan Partai Reformasi Inggris, Zia Yusuf, bungkam  saat ditanya apakah terlalu banyak orang tak bersalah yang terbunuh di Gaza, termasuk jurnalis Middle East Eye.

Dalam acara yang diselenggarakan oleh Majalah The Spectator di konferensi partai di Birmingham pada Jumat (5/9/2025), MEE meminta Yusuf untuk menanggapi pembunuhan dua jurnalisnya oleh pasukan Israel pada pekan lalu.

Baca Juga

Mohamed Salama dan Ahmed Abu Aziz terbunuh saat meliput serangan Israel di Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan Senin lalu. Setidaknya tiga jurnalis lainnya termasuk di antara 20 warga Palestina terbunuh dalam serangan itu.

Yusuf hanya menyatakan dukungannya terhadap kebijakan pemerintahan Trump di Timur Tengah. Dia mengatakan, Partai Reformasi akan berupaya untuk mengakhiri perang di Gaza.

Meski demikian, politisi yang mendeklarasikan diri sebagai seorang patriot Muslim Inggris, menyatakan, tak akan mengatakan apakah Israel telah membunuh terlalu banyak orang tak bersalah. Dia mengeklaim perdamaian berkelanjutan akan sulit karena adanya Hamas.

Partai Reformasi tidak memiliki platform kebijakan luar negeri resmi. Meski demikian, pendekatan partai terhadap isu-isu seperti genosida Israel di Gaza dinilai penting. Partai ini secara konsisten menduduki puncak jajak pendapat nasional di Inggris selama beberapa bulan terakhir. Partai Reformasi bahkan dianggap sebagai pesaing serius untuk memimpin pemerintahan pada pemilihan umum berikutnya, dengan pemimpinnya, Nigel Farage, sebagai perdana menteri.

Farage secara konsisten membela Israel dan menentang rencana pemerintah Partai Buruh untuk mengakui negara Palestina akhir bulan ini. Sementara itu, Yusuf juga menentang rencana pemerintah tersebut. Ia telah menyatakan keinginannya untuk mengakhiri perang, tetapi tidak pernah menuduh Israel melakukan kejahatan perang.

photo
Keluarga, kerabat dan teman membelai wajah jurnalis Mariam Dagga (33 tahun) saat pemakamannya setelah dia terbunuh dalam serangan Israel di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Senin, 25 Agustus 2025. - (Pihak Keluarga Mariam Dagga via AP)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement