REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Abdul Somad yang akrab disapa UAS dalam tausiyahnya menegaskan bahwa agama Islam menghaluskan rasa agar lebih peka terhadap sesama. UAS juga mengingatkan agar setiap Muslim saling menyayangi seperti sayangnya seorang saudara.
"Islam ini menghaluskan rasa, sebetulnya orang susah-susah mencari kursi, saya disediakan kursi tapi saya tidak mau duduk, karena saya masih ada rasa," kata UAS dikutip dari channel Youtube Ustadz Abdul Somad Official yang diunggah pada 23 Agustus 2025.
UAS mengatakan bahwa dirinya tidak mungkin duduk di atas, sementara habib keturunan Nabi Muhammad SAW duduk di bawah. Meskipun UAS mengaku sebagai keturunan Nabi juga yakni Nabi Adam Alaihissalam.
"(Tidak mungkin) saya duduk di atas sementara Ustaz Salim A Fillah orang-orang yang jelas disebutkan dalam Alquran, Ustaz Lukman yang jelas-jelas satu surat khusus Surat Luqman (duduk di bawah), walaupun memang puncaknya di akhir Qul huwallahu ahad(un) Allahus-samad(u). Artinya saya sebenarnya kalau pun duduk ya tidak apa-apa," ujar UAS sambil bercanda.
UAS menegaskan, hanya saja ini masalah rasa. Agama Islam menghaluskan rasa.
Ia menceritakan, banyak orang yang bisa hafal ayat-ayat panjang, dan Nabi pernah menegur seorang imam sholat.
Dikisahkan suatu ketika ada seorang sahabat melaporkan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa ada orang yang menjadi imam sholat tapi selalu membaca Surat Al-Ikhlas terus menerus.
Nabi Muhammad SAW menjawab bahwa Surat Al-Ikhlas sama dengan sepertiganya Alquran.
"Apa kata Nabi? Qulhu itu sama dengan sepertiga Alquran. Nabi melarang atau memuji? memuji," ujar UAS.
UAS melanjutkan ceritanya, tapi suatu ketika ada seorang sahabat membaca ayat panjang saat menjadi imam sholat.
"Apa kata Nabi? Kalau kamu jadi imam, pendekkan bacaannya," ujar UAS.
UAS mengatakan bahwa makanya siapa yang baca Qulhu teruskan. Karena Nabi tidak pernah menegur Qulhu, yang ditegur itu justru ayat yang panjang.
"Kenapa? Karena ketika dia (imam membaca) ayat panjang, dia tidak memikirkan makmumnya di belakang," ujar UAS.
UAS menjelaskan, di belakang (makmum) itu ada tiga. Pertama, ibu-ibu yang anaknya menangis. Kedua, ada orang yang ada hajat atau urusan di luar. Ketiga, ada orang tua yang memang dari muda tidak pernah ke masjid, setelah tua datang ke masjid kemudian tidak tahan karena sholatnya lama.
"Maka begitulah kita disuruh mementingkan rasa," ujar UAS.
UAS mengatakan bahwa ada orang yang sanggup ke Makkah bolak-balik. Sementara tetangganya di sebelah rumah tidak makan. Padahal tidak boleh orang Islam tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangga di sebelah rumahnya kelaparan.
"Dia (orang yang tidur kenyang tapi tetangganya kelaparan) tidak dianggap sebagai seorang mukmin, kamu tidak beriiman kalaupun beriman, imanmu belum sempurna sampai kau sayang kepada saudaramu, sebagaimana kau sayang kepada saudaramu," kata UAS.