REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertanyaan tentang bagaimana membedakan musibah sebagai ujian, cobaan atau azab kerap muncul di tengah umat. Dalam sebuah tausiyah yang viral di media sosial, Ustaz Abdul Somad (UAS) menjelaskan bahwa kunci untuk memahami makna di balik setiap musibah bukanlah terletak pada tanda lahiriah, melainkan pada kemampuan manusia melakukan introspeksi dan berprasangka baik kepada Allah SWT.
UAS menerangkan misalnya ada seseorang demam. Apakah orang itu bisa membedakan demamnya itu sebagai jalan menghapus dosa atau demam karena dilaknat atau demam karena ujian iman.
"Di mana kita bisa tahu (itu ujian atau azab)? Tidak ada yang bisa membedakannya kecuali introspeksi diri," kata UAS, dikutip Republika.co.id dari potongan video yang beredar di media sosial.
UAS menjelaskan, kalau ada orang yang susah hati, gundah gulana, sakit, duri menusuk tapak kaki. Keluar dari rumah lupa pakai sendal, saat melangkah duri menusuk tapak kaki. Maka dengan itu sebenarnya Allah SWT ingin membersihkannya dari dosa-dosa. Makanya manusia harus selalu berprasangka baik.
Menurut hadits qudsi, "Aku (Allah) menurut prasangka hamba-Ku kepada-Ku."
UAS menegaskan, maka kalau seseorang terkena penyakit, yang pertama harus husnudzon (berprasangka baik) kepada Allah SWT. Bahwa sebenarnya Allah SWT ingin membersihkan orang tersebut dari dosa-dosa.
UAS mengatakan, lantas bagaimana jika ada orang yang merasa tidak berdosa tapi terkena musibah. Orang tersebut merasa dirinya tidak berdosa karena tidak pernah minum miras, tidak menggunakan narkoba, dan tidak pernah berzina.
"Dosa kamu adalah ketika kamu merasa kamu tidak berdosa, itulah dosa. Dosa kamu adalah ketika kamu sehat, tapi tidak kamu pakai untuk mensyukuri nikmat Allah SWT," ujar UAS.
UAS menambahkan, jika manusia merasa tidak pernah khilap berbuat salah atau dosa, manusia itu berdoa. Karena manusia tempatnya khilaf, lupa dan salah.
Menurut UAS, ketika seseorang sakit, sebenarnya Allah SWT ingin mengangkat derajat orang itu. Karena sebetulnya amal orang itu tidak cukup.
Ketika manusia sudah ditempatkan di surga firdaus, tapi ketika malaikat ditanya, apakah sudah cukup amalnya untuk bisa tinggal di surga firdaus? Malaikat menjawab bahwa amal manusia itu belum cukup. Maka malaikat diperintahkan untuk memberi manusia itu ujian, agar amalnya cukup. Supaya amal manusia itu dicukupkan dengan pahala dari kesabarannya menghadapi musibah.
"Ada amal yang lebih tinggi dari tahajud dan lebih hebat daripada jihad, yaitu amal sabar menerima musibah," ujar UAS.
UAS mengungkapkan, bisa juga musibah datang dan menjadi laknat dari Allah SWT. Mestinya kalian tolong saudara Muslim yang teraniaya misalnya Muslim di Palestina, tapi kalian malah diam. Ketika musibah datang dikirim Allah SWT, maka yang terkena musibah tidak hanya yang berdosa tapi orang-orang yang baik juga terkena musibah.
"Maka tidak ada cara lain kecuali mohon ampun, minta ampun, tobat nasuha kepada Allah SWT, sebab itu maka yang bisa membedakannya (musibah itu ujian atau azab) hanya Allah, dan kita hanya berperasangka baik kepada Allah SWT," kata UAS.




