Ahad 24 Aug 2025 08:36 WIB

Rekaman Bocor, Eks Kepala Intelijen Israel: Netanyahu Sudah Tahu Potensi Perang Sebelum 7 Oktober

Israel menghadapi ancaman strategis di tengah meningkatnya fragmentasi politik.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara saat konferensi pers di kantor Perdana Menteri di Yerusalem, Ahad, 10 Agustus 2025.
Foto: Abir Sultan/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara saat konferensi pers di kantor Perdana Menteri di Yerusalem, Ahad, 10 Agustus 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mantan kepala Direktorat Intelijen Militer Israel (Aman), Aharon Haliva, mengungkapkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menerima peringatan tentang kemungkinan perang sebelum 7 Oktober 2023.

Pernyataan Haliva tersebut terdengar dalam rekaman audio yang baru-baru ini bocor dan disiarkan oleh Channel 12 Israel. Rekaman tersebut mencakup pengakuan jujur ​​dan kritik pedas Haliva tentang bagaimana perang dikelola setelah 7 Oktober, yang berada di bawah tanggung jawab langsung Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya.

Baca Juga

Haliva mengingatkan, selama protes terhadap perombakan peradilan pemerintah sebelum 7 Oktober, ia berbicara kepada Knesset tentang risiko perang. Dia menekankan, Israel menghadapi ancaman strategis yang serius di tengah meningkatnya fragmentasi sosial dan politik.

Menurut dia, laporan intelijen dikirim langsung ke Kantor Perdana Menteri dan pejabat keamanan tinggi.“Setiap informasi dari Direktorat Intelijen sampai ke perdana menteri, kepala Mossad, dan kepala Shin Bet. Semuanya didokumentasikan dan diedarkan,” ujar dia.

Meski demikian, Haliva mencatat Netanyahu, yang ditetapkan sebagai penjahat perang oleh Pengadilan Internasional, semakin menghindari pengarahan intelijen rutin. “Dulu, dia bertemu dengan kepala intelijen setiap pekan. Kemudian menjadi sebulan sekali, dan kemudian dua bulan sekali—karena dia tidak ingin mendengar apa pun yang bertentangan dengannya.”

photo
Roket ditembakkan ke arah Israel dari Gaza, Sabtu, 7 Oktober 2023. - (AP Photo/Fatima Shbair)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement