Ahad 24 Aug 2025 07:26 WIB

Allah Maha Kaya, Muslim tak Perlu Khawatirkan Soal Rezeki

Inilah kisah seorang hartawan yang kemudian menempuh jalan hidup zuhud.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
Kaligrafi lafaz Allah
Foto: dok wiki
Kaligrafi lafaz Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tasawuf merupakan suatu jalan yang bertujuan mendekatkan diri seorang insan dengan Tuhannya. Salah seorang tokoh sufi yang dikenal dalam sejarah Islam ialah Imam Syaqiq al-Balkhi. Sebagai anak seorang hartawan, dirinya dapat meraih berbagai kenikmatan duniawi secara instan. Akan tetapi, hiruk-pikuk dunia pada akhirnya tak menarik hatinya.

Kecenderungannya pada jalan salik bermula dari ekspedisi niaga yang ditempuhnya. Waktu itu, pebisnis muda nan kaya raya ini sedang menuju ke Turki untuk keperluan dagang. Belum sampai tujuan, dirinya singgah di sebuah daerah.

Baca Juga

Didorong rasa penasaran, Syaqiq al-Balkhi lantas memasuki sebuah kuil tempat penyembahan berhala. Di dalamnya, ia menemukan banyak sekali patung berwujud tokoh-tokoh yang hidup di masa silam.

Sementara, di depan patung-patung itu tampak puluhan rahib yang berkepala botak dan tidak berjanggut. Mereka semua sedang menyembah benda-benda tak bernyawa itu.

Syaqiq lalu menghampiri seorang dari mereka dan berkata, “Untuk apa kamu bersujud pada berhala? Padahal, kamu diciptakan oleh Zat Yang Maha Hidup, Maha Mengetahui, Maha kuasa. Sembahlah Allah, jangan menyembah patung-patung yang tidak memberikan manfaat ataupun mudarat kepadamu!”

Rahib yang diajaknya bicara hanya diam sesaat, lalu menjawab ringan, “Kalau benar bahwa Tuhan yang Anda sebut itu Maha Kuasa memberikan rezeki bahkan di negerimu sendiri, mengapa Anda jauh-jauh datang ke sini untuk berniaga?”

Mendengar perkataan itu, Syaqiq terkejut. Begitu keluar dari biara itu, hatinya seperti terguncang. Baru kali ini dirinya sadar, selama ini terlalu mengejar dunia dan seolah-olah mengabaikan Allah. Padahal, Dialah Zat Yang Maha Pemberi rezeki. Sejak itu, ia berupaya zuhud terhadap dunia. Ia mulai menyelami tasawuf seutuhnya.

Pada awal-awal perjalanannya sebagai seorang sufi, Syaqiq pun menjumpai kejadian lain. Di suatu daerah, ia berpapasan dengan seorang budak yang asyik bersenang-senang. Padahal, daerah tersebut waktu itu sedang dilanda kemarau berkepanjangan. Paceklik terjadi lama sehingga krisis ekonomi merajalela.

Syaqiq begitu heran dengan keceriaan yang tampak di wajah sang budak. Akhirnya, ia pun menyapa dan berbicara dengannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement