Kamis 14 Aug 2025 09:22 WIB

Kepala Militer Israel Eyal Zamir Ungkap Netanyahu Ingin Pecat Dirinya Sebab Tolak Caplok Gaza

Israel terus lakukan serangan intensif Gaza.

Warga Palestina mengumpulkan paket bantuan kemanusiaan dari Uni Emirat Arab yang diterjunkan dari udara ke Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah, Sabtu, 9 Agustus 2025.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina mengumpulkan paket bantuan kemanusiaan dari Uni Emirat Arab yang diterjunkan dari udara ke Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah, Sabtu, 9 Agustus 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Panglima Angkatan Darat Israel, Jenderal Eyal Zamir, memberikan pengakuan mengejutkan.

Dia mengungkapkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berusaha untuk memecat dirinya dari jabatan saat ini setelah dia menolak rencana pendudukan penuh atas Jalur Gaza.

Baca Juga

Surat kabar Haaretz Israel melaporkan bahwa Zamir menentang rencana tersebut dengan keras.

Zamir memperingatkan tentang konsekuensi militer dan politiknya. Hal ini memicu perselisihan yang semakin memanas antara dia dan Netanyahu di tengah berlanjutnya perang di Gaza.

Surat kabar tersebut menambahkan bahwa Kepala Staf Angkatan Bersenjata sepenuhnya menyadari apa yang terjadi dan tidak akan menyerahkan kendali militer kepada Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yisrael Katz.

Netanyahu, yang dicari oleh Mahkamah Kriminal Internasional atas tuduhan genosida di Gaza, mengumumkan pada Selasa kemarin bahwa rencana pendudukan Gaza akan dipercepat.

Netanyahu menyatakan Israel mendekati akhir pertempuran. Pasukan akan maju relatif cepat untuk menguasai Kota Gaza yang dia gambarkan sebagai benteng terakhir Gerakan Perlawanan Islam Hamas dengan fokus pada pembebasan tawanan yang ditahan di Gaza.

Namun, kantor Netanyahu mengumumkan setelah pertemuan bahwa tentara siap melaksanakan keputusan apa pun yang disetujui oleh Dewan Keamanan Nasional, yang mencerminkan perbedaan yang mencolok antara penilaian profesional militer dan keputusan politik.

Dewan Keamanan Kabinet mengabaikan penolakan militer dan menyetujui rencana untuk menduduki Kota Gaza, meskipun para pemimpin militer memperingatkan tentang bahaya bagi tawanan dan tentara itu sendiri. Rencana tersebut mencakup penangguhan wewenang Tentara Pertahanan dalam beberapa skenario.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement