REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di tengah kehidupan yang penuh godaan dunia dan ujian batin, Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu memberi nasihat yang menuntun umat agar kembali kepada ketakwaan yang sejati. Dengan kata-kata yang jernih dan teguh, Imam Ali menggugah manusia untuk berpikir, mengenali kelemahan diri dan hidup zuhud sebagai bekal menuju akhirat.
Nasihat-nasihat Ali bin Abu Thalib bukan sekadar petuah moral, tetapi peta jalan bagi siapapun yang ingin menjaga hati tetap bersih dan teguh di tengah derasnya arus dunia.
Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu memberi nasihat, "Hendaklah kalian selalu bertakwa kepada Allah SWT dengan ketakwaannya seorang yang berakal dan yang hatinya senantiasa sibuk berpikir. Bertakwalah seperti ketakwaan orang yang jika mendengar kebenaran ia menundukkan kepala, jika berbuat kesalahan ia mengaku, jika merasa takut karena belum berbuat kebajikan ia segera berbuat, dan jika telah sadar ia segera bertaubat lalu mengikuti teladan yang baik."
"Saudara-saudara, kezuhudan membuat orang tidak bercita-cita muluk, membuat orang bersyukur jika memperoleh nikmat dan membuat orang bersih dari hal-hal yang haram."
"Hari ini (yakni dalam kehidupan dunia ini) yang ada hanyalah amal, tidak ada perhitungan dan hari esok (yakni di akhirat kelak) yang ada hanyalah perhitungan, tidak ada amal."
"Alangkah bahagianya orang-orang yang hidup zuhud di dunia dengan harapan memperoleh kebajikan di akhirat. Mereka itu adalah orang-orang yang menjadikan bumi ini sebagai hamparan, menjadikan tanahnya sebagai alas tidur, menjadikan airnya sebagai minuman terbaik, menjadikan Alquran sebagai syi'ar, menjadikan doa sebagai selimut dan hidup zuhud seperti yang dilakukan oleh Nabi Isa Alaihissalam.
"Dapat terjadi seorang berilmu mati terbunuh oleh kebodohannya, karena ilmunya tidak bermanfaat bagi dirinya (tidak diamalkan)."
"Orang yang terlampau mencintai keduniaan dan memuja-mujanya sama dengan orang yang sangat membenci akhirat dan menentanganya. Antara dua hal itu ibarat jarak antara Timur dan Barat, makin dekat kepada yang satu berarti makin jauh dari yang lain. Ketakwaan kepada Allah adalah kunci kebenaran dan simpanan bekal untuk dibawa mati."
Demikian nasihat Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu anhu, dikutip dari buku Imamul Muhtadin yang ditulis HMH Al-Hamid Al-Husaini.




