REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman melakukan kunjungan kenegaraan pertama ke Amerika Serikat (AS) yang merupakan kunjungan pertamanya sejak 2018. Kunjungan MBS yang disambut langsung oleh Presiden Donald Trump di Gedung Putih, menjadi tanda hubungan yang kuat antara Arab Saudi dan pemerintahan Trump.
Salah satunya, yakni rencana penjualan sebanyak 48 jet tempur F-35 ke Arab Saudi, sesuatu yang telah diupayakan kerajaan selama bertahun-tahun, tetapi ditolak oleh pemerintahan AS sebelumnya karena penolakan dari Israel.
Mengapa Arab Saudi ngotot ingin membeli Pesawat F-35? Mengapa pula AS mengubah pendiriannya terkait penjualan tersebut? Berikut penjelasan yang dilansir Republika dari Al Jazeera, Selasa (18/11/2025).
Pesawat Siluman
F-35 merujuk pada keluarga pesawat tempur siluman yang diproduksi perusahaan kedirgantaraan AS, Lockheed Martin. Website resmi Lockheed Martin menyebut F35 Lightning II – nama lengkap pesawat tersebut – sebagai "Jet Tempur Tercanggih di Dunia".
Sebagai pesawat tempur siluman, F-35 dirancang untuk menghindari deteksi radar dan teknologi lainnya. F-35 kemudian dapat menggunakan kemampuan serangnya untuk menyerang pertahanan dan jet tempur musuh sebelum mereka lepas landas. Jet tersebut mampu menciptakan superioritas udara dalam konflik apa pun jika berhasil.
Beberapa negara bermitra dengan AS dalam hal produksi F-35, termasuk Australia, Kanada, Italia, Denmark, Belanda, Norwegia, dan Inggris. Mereka memproduksi komponen-komponen tertentu dari jet tempur tersebut atau memiliki fasilitas perakitan yang akan digunakan oleh pemerintah mereka sendiri.




