Ahad 27 Jul 2025 05:38 WIB

Sibuknya RS Nasser Gaza: Kala Dokter Indonesia Bertugas di Daerah Genosida

Dokter lokal harus menahan lapar berhari-hari.

Rep: MgRol159/ Red: A.Syalaby Ichsan
Warga Palestina yang terluka saat kembali dari salah satu pusat distribusi bantuan makanan menjalani perawatan di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, Senin (30/6/2025). Pasukan Israel menewaskan sedikitnya 22 warga Palestina dan melukai 20 orang lainnya saat warga Palestina berupaya mendapatkan bantuan pangan. Dilansir kantor berita Associated Press, Rumah Sakit Nasser di Khan Younis telah menerima jenazah 11 orang yang ditembak saat kembali dari lokasi bantuan. Warga Palestina sering kali terpaksa menempuh perjalanan jauh untuk mengakses lokasi bantuan makanan.
Foto: AP Photo/Mariam Dagga
Warga Palestina yang terluka saat kembali dari salah satu pusat distribusi bantuan makanan menjalani perawatan di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, Senin (30/6/2025). Pasukan Israel menewaskan sedikitnya 22 warga Palestina dan melukai 20 orang lainnya saat warga Palestina berupaya mendapatkan bantuan pangan. Dilansir kantor berita Associated Press, Rumah Sakit Nasser di Khan Younis telah menerima jenazah 11 orang yang ditembak saat kembali dari lokasi bantuan. Warga Palestina sering kali terpaksa menempuh perjalanan jauh untuk mengakses lokasi bantuan makanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza, menjadi ‘arena’ tugas kemanusiaan yang baru bagi tim emergency medical team (EMT) ke-3 Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI)-Rahma World Wide sejak pertengahan Juli 2025. Dr. dr. Mohammad Kuntadi Syamsul Hidayat, M.Kes., MMR., Sp.OT, merupakan salah seorang anggota tim yang terjun langsung melakukan operasi di rumah sakit super sibuk di daerah perang tersebut. 

Kuntadi yang juga merupakan dokter utusan dari Universitas Brawijaya, Malang, mengatakan, Rumah Sakit Nasser yang berada di selatan menangani sebagian besar warga dari Gaza bagian selatan. Meski demikian, tidak sedikit korban dari daerah utara yang ikut dilarikan ke rumah sakit itu.

Baca Juga

Menurut dia, banyak rumah sakit yang kolaps akibat diserang penjajah Israel. Sebagian besar bahkan sudah tidak bisa beroperasi. Sementara itu, beberapa rs lainnya harus beroperasi sebagian . Hanya beberapa ruangan  yang dapat beroperasi tetapi tidak dapat menampung semua pasien. Karena itu, kata Kuntadi, banyak korban terpaksa dilarikan dari utara ke RS Nasser.

“Karena ada rumah sakit-rumah sakit yang dulu ada terus banyak kolaps. Itu kadang bisa beroperasional tapi untuk sebagian. Ketika gak bisa di sana, itu dilarikan ke sini semua,” jelas Kuntadi langsung dari Gaza kepada Republika di Jakarta, lewat sambungan telepon, Rabu (23/7/2025).

Dia mengatakan, dokter-dokter yang praktik di setiap poliklinik harus menangani ratusan korban. Jika diakumulasikan, rumah sakit tersebut dapat menangani hampir seribu korban setiap hari.“Walaupun dalam keadaan seperti ini, poliklinik tetap buka, tu buka semua. Jadi masing-masing ya kurang lebihnya seratus. Jadi bisa hampir seribu,” ujar dia.

Akibat banyaknya korban, Kuntadi yang merupakan dokter spesialis orthopedi menyaksikan, betapa banyak pasien dengan kondisi penuh darah harus diletakkan di lantai mengingat penuhnya ruangan. Kuntadi mengaku belum pernah melihat kondisi tersebut selama berada di Indonesia. “Pasien datang, saking gak adanya tempat tidur di atas, itu diletakkan di bawah-bawah itu. Masih ada darah,”kata dia.

Sebagai dokter spesialis, Kuntadi juga melihat betapa istiqomah-nya para dokter di tempat Ia bertugas. Sebab, mereka tetap bertahan dan profesional di segala keterbatasan.

“Di sini dokter-dokter yang lebih senior dari saya atau yang lebih junior dari saya mereka tetap bertahan,”kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement