REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Media Israel melaporkan bahwa tentara Israel memutuskan untuk memperpanjang masa tugas ribuan tentara reguler di beberapa unit selama satu tahun penuh.
Sebuah keputusan yang dikritik oleh pemimpin oposisi Yair Lapid sebagai sesuatu yang memalukan mengingat kebijakan pemerintah yang membebaskan pemeluk agama Haredi dari wajib militer.
Menurut Yediot Ahronot, dikutip dari Aljazeera, Jumat (11/7/2025), keputusan tersebut mencakup unit artileri dan batalion pengintai dari brigade infanteri.
Channel 12 Israel melaporkan bahwa perpanjangan tersebut juga berlaku untuk unit-unit pasukan khusus: Duvdevan, Magellan dan Egoz, serta unit teknik Yehlum.
Saluran tersebut menjelaskan keputusan itu diambil karena adanya krisis jumlah tentara mengingat berbagai front dan operasi yang dilakukan oleh tentara Israel.
Ini juga membuat tentara Israel memilih untuk membuat perjanjian pertukaran tahanan dengan perlawanan Palestina untuk meringankan beban pasukan yang saat ini sedang bertugas.
Bala bantuan di Tepi Barat
Sementara itu, Times of Israel melaporkan bahwa tentara Israel memperkuat pasukannya di Tepi Barat dengan dua batalyon tambahan menyusul penilaian keamanan baru.
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengatakan berita bahwa ribuan tentara reguler akan diperpanjang masa tugasnya selama satu tahun penuh, sementara pemerintah mendorong undang-undang untuk menghindari wajib militer (bagi Haredim), sangat memalukan.
"Ini mewujudkan semua hal yang menjijikkan dari pemerintahan ini. Mereka menjual para pejuang kami untuk politik murahan," kata dia.
Sejak Oktober 2023, tentara penjajah telah melancarkan perang genosida terhadap penduduk Jalur Gaza, yang sejauh ini telah mengakibatkan lebih dari 195 ribu warga Palestina gugur dan terluka serta mengungsikan hampir seluruh penduduk Jalur Gaza, di tengah-tengah kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Perang Dunia Kedua, seperti yang didokumentasikan oleh laporan-laporan Palestina dan internasional.
Pada saat yang sama, pasukan pendudukan dan pemukim meningkatkan serangan mereka terhadap kota-kota, kota-kota dan kamp-kamp di Tepi Barat, dengan serangkaian pembongkaran dan pengungsian berskala besar, di tengah-tengah peringatan Palestina dan internasional mengenai percepatan rencana Israel untuk mencaplok Tepi Barat.
