Rabu 09 Jul 2025 17:15 WIB

Sepulang dari Tanah Suci, Jangan Tinggalkan Kebiasaan Istighfar

Kebiasaan baik selama di Tanah Suci hendaknya terus dilanjutkan di Tanah Air.

ILUSTRASI Mengucapkan istighfar
Foto: Karta/Republika
ILUSTRASI Mengucapkan istighfar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alkisah, Syekh Abdul Qadir Jailani bertemu seseorang yang baru menyelesaikan ibadah haji. Kemudian, sufi yang berjulukan pemimpin para wali (sulthonul auliya) itu berkata kepadanya, "Segeralah bertobat."

Syekh Abdul Qadir tentunya mengetahui adanya hadis Nabi Muhammad SAW bahwa orang yang selesai berhaji bersih dari dosa, bagai bayi yang baru lahir. Akan tetapi, imbauan itu tetap disampaikannya kepada si haji.

Baca Juga

Orang yang diajak bicara itu bingung dan bertanya, "Mengapa saya harus bertobat? Saya baru pulang menunaikan haji."

Syekh Abdul Qadir menjawab, "Saya tahu itu, tetapi bisa saja di pertengahan jalan menuju tempat asalmu, engkau bermaksiat. Maka tetap engkau harus bertobat."

Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali, menjelaskan dalam Ihya Ulum ad-Din, apabila sudah selesai berhaji, hendaklah seorang Muslim selalu menjaga konsistensinya dalam beribadah.

Ketika menjalani haji, seorang Muslim akan melihat langsung rumah Allah, Ka'bah, yang berada di al-Haram (Tanah Suci).Semua orang dari berbagai kalangan datang dengan pakaian sederhana bertawaf. Raja, bangsawan, pemimpin negeri, berdatangan hanya dengan berihram. Mereka tak mengenakan baju kebesarannya ketika mengelilingi Ka'bah.

Haji telah membuat manusia memenuhi halaman rumah Allah, Padang Arafah. Mereka berwukuf untuk merenungkan hakikat dirinya.

Masa berhaji adalah momen yang begitu intens menempa diri agar menjadi hamba Allah yang sejati. Maka dari itu, hendaknya spirit ini tetap terawat begitu jamaah kembali ke Tanah Air.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Rutin bertobat

Bila di Tanah Suci seorang Muslim gemar merutinkan istighfar, maka lanjutkanlah kebiasaan ini di rumah dan lingkungan tempat tinggal. Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, ada banyak ayat dalam Alquran yang menegaskan pentingnya seorang Mukmin bergegas dan tidak menunda tobat.

Manusia adalah tempatnya khilaf dan kesalahan. Bagaimanapun, sifat Allah SWT yang Mahapengampun dan Mahapengasih memberikan harapan bagi makhluk-Nya untuk bertobat dari kesalahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement