Senin 07 Jul 2025 18:00 WIB

Geng Bentukan Shin Bet Abu Shabab, Bandar Narkoba yang Ditugaskan Curi Bantuan di Gaza

Klan Abu Shabab beranggota 100 pria bersenjata yang beroperasi di Rafah timur.

Warga Palestina membawa karung makanan dan bantuan kemanusiaan yang diturunkan dari konvoi truk menuju Kota Gaza, di Jalur Gaza utara, Ahad, 22 Juni 2025.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Warga Palestina membawa karung makanan dan bantuan kemanusiaan yang diturunkan dari konvoi truk menuju Kota Gaza, di Jalur Gaza utara, Ahad, 22 Juni 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Nama kelompok Abu Shabab yang beroperasi di Jalur Gaza menjadi sorotoan belakangan ini. Kelompok bersenjata yang dipimpin pemuda bernama Yasser Abu Shabab tersebut dituding merupakan kriminal yang mengkhianati kelompok perlawanan Gaza karena hubungannya dengan militer Israel. 

Yasser Abu Shabab, lahir pada 27 Februari 1990. Dia menjalani hukuman 25 tahun penjara sejak 2015. Yasser ditahan karena kasus perdagangan dan distribusi narkoba. Ia melarikan diri dari penjara Khan Younis pada hari-hari awal serangan Israel ke Gaza pada Oktober 2023, selama gelombang pengeboman. Setelah itu,  Yasser menjalin kembali kontak dengan intelijen Israel dan mulai mengatur jaringan bersenjata saat ini dari markasnya di Rafah, tempat kelahirannya.

Baca Juga

Surat kabar Israel Maariv dilaporkan mengonfirmasi bahwa Shin Bet (dinas keamanan internal) berada di balik pembentukan geng Abu Shabab. Mengutip sumber intelijen senior, surat kabar tersebut melaporkan bahwa kepala Shin Bet Ronen Bar mengusulkan inisiatif tersebut kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai bagian dari program percontohan untuk menetapkan aturan alternatif bagi Hamas di wilayah terbatas di Gaza, dilansir dari Palestine Chronicle.

Rencana Israel tersebut dilaporkan melibatkan distribusi senjata yang terkendali kepada anggota geng. Sebagian besar diantara mereka merupakan individu dengan latar belakang kriminal yang direkrut untuk bertindak sebagai tentara bayaran.

Menurut laporan Al Jazeera, tentara Israel telah menggunakan pembentukan geng-geng bersenjata, yang didukungnya, untuk merusak keamanan dan stabilitas di Jalur Gaza.

Pejabat pertahanan Israel mengakui bahwa mereka telah mulai mempersenjatai sebuah klan yang menyebut mereka Layanan Anti-Teror. Klan ini terdiri dari sekitar 100 pria bersenjata yang beroperasi di Rafah timur di bawah komando Abu Shabab, yang dijuluki "agen Israel" dan yang digambarkan sebagai "pengkhianat" di media sosial.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement