Kamis 26 Jun 2025 16:30 WIB

Menag: Mari Jadi Amil yang Profesional, Mari Menjadi Abu Hurairah

Abu Hurairah menjadi contoh amil zakat profesional dalam mengelola keuangan umat.

Menteri Agama Nasaruddin Umar berdoa seusai menyelesaikan rangkaian umrah wajib di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (31/5/2025) dini hari. Menag Nasaruddin Umar selaku Amirul Hajj Indonesia bersama anggota Amirul Hajj telah tiba di Makkah dengan membawa misi kenegaraan penting dalam mengawal pelaksanaan ibadah haji, khususnya memastikan pelayanan terbaik bagi jamaah calon haji Indonesia jelang puncak musim haji 1446 Hijriah/2025 Masehi.
Foto: ANTARA FOTO/Andika Wahyu
Menteri Agama Nasaruddin Umar berdoa seusai menyelesaikan rangkaian umrah wajib di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (31/5/2025) dini hari. Menag Nasaruddin Umar selaku Amirul Hajj Indonesia bersama anggota Amirul Hajj telah tiba di Makkah dengan membawa misi kenegaraan penting dalam mengawal pelaksanaan ibadah haji, khususnya memastikan pelayanan terbaik bagi jamaah calon haji Indonesia jelang puncak musim haji 1446 Hijriah/2025 Masehi.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Menteri Agama (Menag) Prof KH Nasaruddin Umar mengajak para pemangku kebijakan zakat meneladani Abu Hurairah sebagai sosok amil yang profesional dan amanah. Hal itu disampaikan Menag saat menutup Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengawasan Pengelolaan Zakat Tahun 2025 di Jakarta pada Rabu (25/6/2025).

Menurut Menag, Abu Hurairah merupakan contoh ideal amil zakat yang tidak hanya jujur, tetapi juga memiliki integritas dan profesionalisme tinggi dalam mengelola keuangan umat. 

Baca Juga

"Mari kita menjadi amil yang benar, mari kita menjadi Abu Hurairah,” kata Menag Nasaruddin, Rabu (25/6)

Dalam pidatonya, Menag Nasaruddin menjelaskan perbedaan antara amil dan fa’il, meskipun berasal dari akar kata yang sama. Menurutnya, amil adalah orang yang bekerja secara profesional dan bertanggung jawab, sedangkan fa’il adalah orang yang hanya bekerja saja dengan mengabaikan aspek kompetensi.“Kalau yang ditunjuk tidak kompeten, maka itu bukan amil, tapi fa’il,” ujar Menag Nasaruddin.

Menag kemudian mengisahkan bagaimana Rasulullah SAW menunjuk Abu Hurairah untuk memegang kunci Baitul Mal yang menyimpan zakat, infak, sedekah, dan wasiat. Penunjukan ini menggambarkan betapa selektifnya Nabi Muhammad SAW dalam memilih pengelola keuangan umat.

Ia juga menceritakan pengalaman Abu Hurairah yang berjaga atas perintah Nabi untuk mengantisipasi pencurian. Dalam tiga malam berturut-turut, seorang pemuda datang mencoba mencuri karena keluarganya kelaparan. Abu Hurairah tetap menjalankan tugasnya sebagai penjaga dan tidak mendistribusikan harta tersebut, meskipun pemuda itu memohon.

Pada malam ketiga, pemuda tersebut memberikan wirid berupa bacaan Ayat Kursi kepada Abu Hurairah, yang diyakini dapat mengusir setan. Keesokan harinya, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa pemuda itu sebenarnya adalah iblis yang menyamar.

“Nabi tahu siapa yang pantas memimpin Baitul Mal. Itulah Abu Hurairah yang sangat jujur dan pantas menjadi amil,” jelas Menag.

photo
Abu Hurairah memutuskan untuk berkhidmat (menjadi pelayan) Nabi dan menemani beliau. - (Angus Thompson)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement