REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Teungku Chik Pante Kulu melaksanakan praktik lapangan di kawasan Hutan Wakaf Aceh, Aceh Besar, belum lama ini. Kegiatan ini bertujuan untuk mempelajari langsung proses suksesi alamiah yang berlangsung di hutan tersebut, sekaligus mengenal pendekatan pengelolaan hutan berbasis tapak.
Didampingi dosen pembimbing, Aswita, S.Hut., M.Si., para mahasiswa melakukan pengamatan vegetasi menggunakan metode tali sheet. Mereka mendokumentasikan kondisi hutan yang kini mulai tumbuh kembali secara alami di atas bekas lahan kritis. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kawasan tersebut tengah mengalami suksesi alamiah, di mana berbagai jenis tumbuhan pionir hingga pohon hutan sekunder mulai mendominasi lanskap.
“Suksesi yang terjadi di sini merupakan bukti keberhasilan upaya rehabilitasi yang dilakukan komunitas secara swadaya,” ujar salah satu mahasiswa peserta praktik.
Hutan Wakaf Aceh sendiri merupakan inisiatif dari komunitas lokal yang digerakkan oleh para pegiat lingkungan secara swadaya. Kawasan ini dikelola secara partisipatif sebagai ruang konservasi sekaligus sarana edukasi lingkungan. Menurut mereka, hutan wakaf bukan hanya menjadi kawasan hijau, tapi juga laboratorium alam bagi siapa saja yang ingin belajar tentang pelestarian lingkungan.
“Kami membuka ruang seluas-luasnya bagi akademisi, mahasiswa, bahkan masyarakat umum untuk belajar bersama di sini. Hutan ini kami kelola sebagai tempat bertumbuhnya pengetahuan dan kesadaran ekologis,” kata Afrizal Akmal.
