REPUBLIKA.CO.ID, TAIF -- Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan penempatan jamaah calon haji Indonesia berbasis syarikah bukan berdasarkan kelompok terbang (kloter) di Makkah, guna memudahkan mobilisasi dan layanan saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
"Penempatan jamaah haji Indonesia di Makkah berbasis syarikah mempertimbangkan proses pergerakan dan layanan kepada jamaah saat di Armuzna," ujar Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muchlis M. Hanafi di Madinah belum lama ini.
Tahun ini ada delapan syarikah yang melayani jamaah calon haji Indonesia yaitu Al-Bait Guest yang melayani 35.977 orang, Rakeen Mashariq (35.090), Sana Mashariq (32.570), Rehlat & Manafea (34.802), Alrifadah (20.317), Rawaf Mina (17.636), MCDC (15.645), dan Rifad (11.283).
Menurut Muchlis, tujuannya untuk memudahkan pengendalian dan memperjelas koordinasi di lapangan, serta memastikan jamaah calon haji Indonesia mendapatkan layanan optimal dan tertata.
"Penempatan jamaah berbasis syarikah di Makkah pada tahun ini sangat urgen dan penting untuk menyukseskan layanan jamaah saat puncak haji di Armuzna," kata dia.
Jamaah calon haji Indonesia diberangkatkan dalam dua gelombang. Gelombang pertama mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah. Di kota Nabi, penempatan jamaah dilakukan tetap berbasis kloter.
"Pemberangkatan jamaah dari Madinah ke Makkah dikelompokkan berbasis syarikah. Ketika akan pulang ke Tanah Air, mereka akan dikembalikan pada kloter awal saat berangkat," kata Muchlis.