Selasa 13 May 2025 14:03 WIB

Anda Ingin Berkurban? Pahami Tujuan Ibadah Idul Adha Ini

Menyembelih hewan kurban adalah ibadah yang biasa dilakukan pada Idul Adha.

Pedagang merawat sapi di kawasan Karet Tengsin, Jakarta, menjelang Hari Raya Idul Adha.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pedagang merawat sapi di kawasan Karet Tengsin, Jakarta, menjelang Hari Raya Idul Adha.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkurban menjadi sebuah ibadah yang ada dalam hari raya Idul Adha. Amalan ini berarti merelakan dan melepaskan apa-apa yang dipunyai seseorang kepada Allah, Zat Yang Mahamemiliki segala sesuatu. Itu sebagai upaya mendekatkan diri kepada-Nya.

Sejarah kurban telah ada sejak dahulu kala. Bahkan, tonggaknya muncul jauh sebelum Nabi Ibrahim AS, yakni melalui peristiwa yang dialami anak Adam AS, Qabil dan Habil. Masing-masing mereka menghadirkan persembahan dan menyaksikan sendiri, apakah ikhtiarnya diterima atau ditolak Allah.

Baca Juga

Maka, apakah tujuan ibadah kurban menurut agama Islam?

KH Ahsin Sakho dalam buku Oase Alquran: Petunjuk dan Penyejuk Kehidupan menjelaskan bahwa penyembelihan kurban bukan tujuan utama dalam ibadah yang satu ini. Sebab, Allah tidak membutuhkan daging dan cipratan darah hewan yang dikurbankan.

Yang Allah kehendaki setelah seseorang berkurban, lanjut Kiai Ahsin Sakho, adalah terciptanya hati yang penuh ketakwaan kepada-Nya. Ini pun akan berimbas pada seluruh aspek kehidupan si shahibul qurban. Demikianlah ajaran agama yang benar, hanif, dan diridhai Allah.

Dalam sejarah, pernah terjadi pengorbanan dengan anak manusia. Itulah yang pernah terjadi di Mesir dan Sudan sebagaimana diriwayatkan sejarawan. Peristiwa "penyembelihan" Nabi Ismail agaknya sebagai bentuk upaya menghentikan pengorbanan dengan manusia. Sebaliknya, Allah mengganti kebiasaan ini dengan sesuatu yang bernuansa sosial, yaitu kambing atau hewan ternak lainnya--yang dagingnya lalu dibagi-bagikan kepada masyarakat.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Hadirnya Islam tidak merombak adat kebiasaan yang buruk dengan frontal. Melainkan mengganti tradisi tersebut dengan yang lebih bermakna dalam kehidupan. Bukankah dahulu bayi yang dilahirkan rambutnya diolesi darah hewan yang dipersembahkan kepada berhala, lalu oleh Nabi diganti dengan minyak Za'faran yang berwarna merah dan wangi?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement