REPUBLIKA.CO.ID, YERUSSALEM — Lebih dari 250 mantan pejabat badan intelijen Israel Mossad menerbitkan petisi baru pada Ahad malam. Mereka menyerukan segara diakhirinya perang di Gaza serta memfasilitasi pembebasan para sandera, menurut media Israel.
Harian Yedioth Ahronoth melaporkan, "Surat yang diinisiasi mantan anggota Mossad Gail Shorsh tersebut, memiliki tanda tangan tiga mantan pemimpin Mossad yaitu Danny Yatom, Ephraim Halevy dan Tamir Pardo, serta puluhan kepala departemen dan wakil kepala departemen lembaga itu."
Surat tersebut merupakan petisi kedua dalam 24 jam yang ditandatangani mantan dan anggota aktif pasukan keamanan Israel. Petisi itu menambah gelombang penolakan publik yang terus berkembang di kalangan lembaga keamanan Israel.
Pada Ahad, sekitar 200 dokter cadangan militer aktif juga menandatangani petisi yang menuntut diakhirinya perang dan pengembalian para sandera yang ditawan di Gaza.
Sejak Kamis, sedikitnya enam petisi telah ditandatangani oleh pasukan cadangan, perwira militer yang telah pensiun, serta para veteran dari berbagai cabang militer Israel.
Setidaknya seribu anggota dan mantan personel cadangan Angkatan Udara Israel pada Kamis (10/4/2025) menyerukan pembebasan semua sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, meskipun hal itu berarti harus mengakhiri perang melawan kelompok Palestina, Hamas.
“Kelanjutan perang tidak lagi mendorong tercapainya tujuan-tujuan yang telah diumumkan dan justru akan menyebabkan kematian para sandera, tentara IDF (militer), dan warga sipil tak bersalah,” bunyi surat terbuka yang dipublikasikan oleh para mantan personel cadangan tersebut di sejumlah media Israel.
