REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Israel semakin sering digambarkan sebagai negara pemukim-kolonial, sementara Palestina lebih sering diidentifikasi sebagai penduduk asli.
Dalam beberapa tahun terakhir, perspektif-perspektif ini telah mendapatkan tempat baik di media maupun di kalangan akademis, yang dibangun di atas bidang penelitian yang berkembang pesat yang dikenal sebagai studi kolonial pemukim.
Dengan menarik kesejajaran dengan pengalaman kolonial di Amerika, Selandia Baru, Australia, dan tempat-tempat lain, para ahli berfokus pada bagaimana masyarakat adat disingkirkan, digantikan, dan diputuskan hubungan dengan tanah mereka.
Republika.co.id, Senin (31/3/2025) melansir wawancara antara The New Arab (TNA) dengan pakar sejarah kolonialisme, Lorenzo Veracini (LV). Sosok yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti bagaimana kolonialisme pemukim membentuk realitas politik dan sosial di Palestina.
Dalam wawancara ini, dibahas perkembangan terbaru dan mengeksplorasi bagaimana perkembangan tersebut mencerminkan pergeseran dalam proyek Zionis di Palestina.
TNA: Enam belas bulan setelah kampanye militer yang paling dahsyat di Gaza, lanskap politik antara Sungai Yordan dan Mediterania telah berubah secara dramatis. Apakah 7 Oktober telah mengubah lintasan proyek Zionis di Palestina?
BACA JUGA: Mahasiswa Indonesia Buat Konten Joget di Masjid Al Azhar Mesir, UAS Marah Besar
LV: Saya adalah seorang sejarawan komparatif proses kolonial. Dalam karya saya, saya membedakan antara modalitas penindasan kolonial yang berbeda: ada rezim kolonial yang dirancang untuk mengeruk tenaga kerja penduduk yang dijajah dan kekayaan tanah, dan ada rezim kolonial di mana penduduk yang dijajah digusur untuk memberikan ruang bagi masyarakat pemukim untuk mengakses kekayaan tanah tanpa membutuhkan tenaga kerja penduduk yang dijajah.
Modus dominasi kolonial yang terakhir ini biasanya disebut sebagai kolonialisme pemukim. Menurut pendapat saya, 'proyek Zionis' selalu merupakan sejumlah 'proyek Zionis' - semuanya bersifat kolonial, tetapi juga sangat berbeda satu sama lain.
