REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Dalam laporan tahunan yang paling keras dalam beberapa tahun terakhir, Bank of Israel memperingatkan bahwa langkah-langkah yang termasuk dalam anggaran 2025 tidak cukup untuk mengatasi tantangan ekonomi serius yang dihadapi negara tersebut setelah perang.
Bank of Israel menyerukan untuk memprioritaskan kembali prioritas pemerintah serta menghentikan pemotongan pengeluaran di bidang-bidang vital seperti pendidikan, transportasi, dan infrastruktur.
"Perekonomian belum kembali ke status sebelum perang, dan konsekuensi-konsekuensi dari perang akan menyertai kita selama bertahun-tahun," kata pengantar laporan tersebut, yang dikutip oleh Calcalist, yang ditulis oleh Gubernur Bank Amir Yaron.
Dikutip dari Aljazeera, Kamis (27/3/2025), Yaron mencatat bahwa akumulasi biaya perang akan membebani anggaran publik dan menyebabkan defisit struktural yang terus meningkat, sehingga membutuhkan penyesuaian radikal dalam kebijakan fiskal.
Meningkatnya defisit dan biaya perang
Menurut laporan yang diterbitkan oleh Calcalist, Bank of Israel memperkirakan biaya tambahan perang akan mencapai sekitar 50 miliar shekel (13,6 miliar dolar AS), termasuk:
- Pengeluaran keamanan
- Biaya rekonstruksi
- Pembayaran bunga
Sebaliknya, penyesuaian anggaran permanen pemerintah berjumlah sekitar NIS 30 miliar (8,13 miliar dolar AS), menciptakan kesenjangan pembiayaan yang mengancam untuk meningkatkan defisit menjadi sekitar 3,6 persen dari PDB.
Defisit ini tidak cukup untuk menstabilkan rasio utang terhadap PDB, yang melonjak menjadi 68 persen setelah perang, kata laporan tersebut, dan memperingatkan bahwa jika defisit tidak dikurangi secara signifikan, Israel dapat menghadapi kesulitan dalam membiayai utang publik dan mengancam peringkat kreditnya.
BACA JUGA: Konflik Internal Israel Semakin Tajam, Saling Bongkar Aib Antara Ben-Gvir Versus Shin Bet
Mahasiswa Indonesia Buat Konten Joget di Masjid Al Azhar Mesir, UAS Marah Besar
http://republika.co.id/berita//stniyn320/mahasiswa-indonesia-buat-konten-joget-di-masjid-al-azhar-mesir-uas-marah-besar
Peringkat kredit yang terancam
Bank mencatat bahwa penurunan peringkat kredit Israel oleh lembaga-lembaga pemeringkat global tidak hanya terkait dengan perang, tetapi juga karena salah urus anggaran, keterlambatan dalam menyetujui anggaran 2025, dan kegagalannya untuk memotong pengeluaran yang tidak berkontribusi pada pertumbuhan atau mendanai perang.