REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV—Media Israel hari ini melaporkan bahwa kelompok pertama yang terdiri dari 100 warga Palestina di Jalur Gaza sedang bersiap-siap untuk melakukan perjalanan ke Indonesia sebagai bagian dari program percontohan untuk mendorong emigrasi sukarela warga Palestina dari Jalur Gaza.
The Times of Israel mengutip Channel 12 News yang mengatakan bahwa program percontohan ini akan dijalankan oleh Mayor Jenderal Ghassan Alian yang mengepalai Kantor Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah Otoritas Palestina (COGAT), sebuah badan di bawah Kementerian Pertahanan.
Dia menambahkan bahwa warga Palestina akan dipekerjakan sebagian besar dalam pekerjaan konstruksi.
Menurut surat kabar tersebut, dikutip dari Aljazeera, Rabu (27/3/2025) Israel berharap jika program percontohan ini berhasil, ribuan warga Gaza akan terdorong untuk secara sukarela pindah ke Indonesia untuk bekerja dan mempertimbangkan untuk menetap secara permanen, yang membutuhkan persetujuan Jakarta, demikian menurut Channel 12.
Israel tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sehingga sebuah saluran komunikasi khusus dibuka antara kedua negara untuk mengembangkan program percontohan ini, menurut laporan tersebut. Jika program percontohan ini berhasil, "departemen imigrasi pemerintah" akan mengambil alih tanggung jawab atas program ini, menurut laporan tersebut.
BACA JUGA: Akankah Israel Terjerumus Perang Saudara? Ini Janji Allah SWT dalam Surat Ali Imran
Memimpin proyek
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, kemungkinan akan menunjuk pensiunan Brigadir Jenderal Ofer Winter, seorang perwira tinggi militer yang kontroversial, namun dihormati oleh komunitas agama Israel, untuk memimpin proyek tersebut.
Sementara para menteri di pemerintahan Benjamin Netanyahu memuji usulan tersebut dan menyerukan untuk menggunakan perang sebagai kesempatan untuk membangun kembali permukiman Israel di Jalur Gaza, Otoritas Palestina (PA) dan negara-negara Arab dengan tegas menolak gagasan tersebut.
Pada bulan Januari, Zaman Israel melaporkan bahwa pemerintah Israel melakukan kontak rahasia dengan Kongo dan negara-negara lain untuk mengusir ribuan penduduk dari Gaza.